Selasa, 11 Agustus 2015

[ TRANSLATE ] Oregairu Vol 6 Chapter 10 : Pada akhirnya, dia dan gadis itu menemukan jawaban yang sebenarnya




x  x  x







  Upacara penutupan berlangsung tanpa adanya masalah.

  Pidato penutupan dari Sagami, meski begitu, berakhir dengan mengatakan hal-hal yang diluar teks pidato yang telah disiapkan.

  Biasanya dia mengatakan sesuai teks, namun kali ini dia berpidato dengan topik yang berubah-ubah, dan akhirnya lupa menyebutkan pemenang penghargaan pameran kelas terbaik.

  Yukinoshita dari tadi memegangi kertas susunan acara di tangannya.

  Di akhir pidato, mata Sagami dibanjiri oleh air mata.

  Para siswa yang melihat Sagami menyeka air matanya berteriak, "Lakukan yang terbaik!", "Festival ini adalah yang terbaik!", "Terima kasih!"

  Sebelum itu, aku tidak berpikir kalau itu adalah air mata bahagia dan sedih seperti yang penonton kira. Telah melihat seburuk apa dirinya selama ini, dan sebagai orang yang mengalami sendiri pengalaman itu; air mata yang sejenis itulah.

  Meski begitu, air mata yang keluar darinya ketika berpidato, jujur saja, perasaanku juga tergerak melihatnya.

  Air mata yang telah mendengar kata-kata tentang dirinya yang sebenarnya. Tentu saja, orang yang bertanggung jawab membuat dirinya merasa seperti itu adalah aku, jadi aku secara tidak langsung juga merasa bersalah.

  Sagami berjalan keluar melalui sisi panggung, makeupnya terlihat kacau balau, dan terlihat seperti orang kelelahan. Teman-temannya datang untuk mendukungnya seperti habis menyelesaikan sebuah marathon.

  "Kamu baik-baik saja?"

  "Aku pasti baik-baik saja jika pria itu tidak mengatakan apapun."




  "Dia memang membuat dirimu kacau."

  Nampaknya mereka sedang membicarakan aksiku tadi dan tatapan para panitia festival yang mendengarkan pembicaraan itu mulai terasa menyakitiku.

  Selain itu, kabar aksiku tadi juga sepertinya telah menyebar ke siswa di kelasku. Semua orang di 2F seperti melihat ke arahku dan berbisik-bisik ke sesamanya.

  Tempat ini mulai terasa menyakitkan bagiku.

  Dari suasana itu, aku mendengar sebuah suara yang agak familiar.

  "Ah, tau enggak? Hikitani-kun kayaknya orang yang jelek banget! Kayaknya sih pernah kejadian serupa dulu pas kemah musim panas!"

  Terkutuklah kau, Tobe...

  "...Well, dia cuma terbiasa untuk mengatakan hal-hal jelek saja. Kalau kamu sering ngobrol sama dia, orangnya enggak seburuk itu kok."

  "Hayato baik banget..."

  "Hayato-kun membela Hikitani-kun...Musuh kemarin adalah Homo hari ini, buha..."

  "Ayolah Ebina, kamu sebaiknya diam saja kalau mau mengatakan hal itu...Lihat, sekarang hidungmu mimisan. Ini, tiup hidungmu!"

  Yuigahama terlihat tersenyum kecut melihatnya sementara Totsuka melihat ke arahku dengan khawatir.




  Aku membalas Totsuka dengan tersenyum, seakan memberitahunya kalau ini bukan masalah bagiku, dan aku melihat teman-teman sekelasku berjalan menuju pintu keluar gimnasium.

  Masih ada pekerjaan yang tersisa bagi panitia festival setelah teman-teman sekelasku pergi.

  Kami harus bekerja membersihkan panggung, sisi panggung, dan perlengkapan sound sistem. Semua panitia festival ikut mengerjakannya. Ketika aku melihatnya dari pinggir, aku tidak berpikir kalau panitia mengatakan padaku untuk berkumpul bersama setelah selesai. Meskipun aku berada di panitia, aku tetap merasa aneh mendengar orang-orang memintaku untuk berkumpul.

  "Oke, semuanya berkumpul, para panitia festival!"

  Dengan pekerjaan yang hampir selesai, guru olahraga kami, Pak Atsugi, yang menjabat sebagai guru pembina Festival Budaya, berteriak lantang. Seluruh panitia berkumpul di depannya.

  "Oke, kalian masih memiliki beberapa pekerjaan untuk diselesaikan, tetapi pertama-tama, saya ingin mengucapkan kerja bagus untuk semuanya. Festival Budaya kali ini tidak terlalu buruk dari apa yang saya lihat. Untuk pesta perayaan setelah ini, kalian jangan sampai membuat kekacauan yang tidak perlu, kalian dengar? Dan pulanglah dengan selamat."

  Meski kata-katanya agak kasar, tetapi aku merasa ada kelembutan dan kepedulian dalam nadanya.

  Mengikuti setelahnya adalah suara tepuk tangan dan teriakan "woo". Itu adalah ekspresi akhir yang terkumpul dari orang-orang yang berkumpul disini, berterima kasih atas semua kerja keras dan perjuangan bersama. Sagami yang berdiri di pinggir dari tadi, didorong ke depan oleh Meguri-senpai.

  "Baiklah, mari kita dengar, Ketua Sagami."

  "Eh? Tapi..."

  Dia memintanya untuk mengatakan sepatah dua patah kata. Menyadari hal itu, Sagami agak ragu. Setelah insiden pidato di pembukaan festival, membuat kekacauan di persiapan festival, meninggalkan tugasnya ketika upacara penutupan, dan sekarang diminta memberikan kata penutup, sikap ragu-ragu sebenarnya bukan sifat alaminya.

  "Bukankah kamu ketuanya?" kata Yukinoshita yang mengatakan realitasnya dengan nada yang tegas.

  Jika semua kegagalan dan penyesalan sebagai ketua adalah milik Sagami, maka itu juga termasuk pujian dan kesuksesan adalah milik dirinya juga.

  "...Benar," kata Sagami, dia terlihat sedikit menunduk. "Um, aku meminta maaf atas semua masalah yang sudah kuciptakan. Tetapi aku bersyukur karena semuanya sudah berakhir dengan baik...Terima kasih banyak dan terima kasih atas kerja kerasnya."

  "Terima kasih juga!"

  Semua orang menundukkan kepalanya dan membubarkan barisan. para gadis saling berpelukan sedangkan para prianya saling tos dengan tangan mereka. Sagami membalikkan badannya ke arah Yukinoshita dan menundukkan kepalanya.

  Akhirnya selesai juga...

  Aku meninggalkan kerumunan panitia festival dan pergi sambil menghembuskan nafas beratku.

  Semua orang mulai berjalan menuju kelasnya masing-masing sambil mengobrol. Mereka sepertinya sedang membicarakan pesta perayaan yang akan diadakan nanti malam. Itu sepertinya mereka tidak akan mengundangku hadir. Jika mereka melakukannya, itu bukanlah hal yang tulus, melainkan hanyalah formalitas karena merasa tidak enak meninggalkan orang di belakang. Meskipun aku hadir juga, satu-satunya hal yang bisa kulakukan disana adalah memalingkan wajahku dari orang-orang sampai acara selesai.

  Semua rasa lelah ini sepertinya sudah merambat sampai ke ujung kakiku.

  Semua orang tampak berjalan melewatiku satu persatu.

  Ketika Sagami dan teman-temannya berjalan melewatiku, mereka langsung menghentikan obrolannya. Membuat suasana yang meyakinkan dan tidak melihat ke arahku, tatapan matanya seperti sudah diatur untuk terus melihat ke arah depan.

  Kau sungguh naif, Sagami. Kalau kamu memang tidak ingin mempedulikan orang lain, kau harusnya melakukannya tanpa sengaja untuk menghindari orang itu.

  Dalam barisan orang yang lalu-lalang itu, aku melihat ada Meguri-senpai.

  Ketika dia melihatku, dia berjalan ke arahku. "...Terima kasih atas kerja kerasmu."

  "Senpai juga."

  Ekspresinya terlihat suram ketika berbicara denganku.

  "Kamu nampaknya memakai cara yang sangat buruk untuk menyelesaikannya, huh?"

  Apa dia mendengar insiden itu dari Sagami, atau dari kedua temannya? Lagipula, aku memang tidak peduli dengan apa penilaiannya, jadi tidak masalah bagiku. Mendengar kata-kata itu dan tidak bisa membalas balik, aku hanya bisa mengatakan maaf.

  "Maafkan aku..."

  "...Tetapi, aku merasa sangat senang. Aku sangat senang kalau ini adalah Festival Budaya terakhirku. Terima kasih," kata Meguri-senpai.

  Untuk Meguri-senpai, ini adalah Festival Budaya miliknya yang terakhir. Sebagai Ketua OSIS, kupikir itu adalah sesuatu yang tidak ingin dia permasalahkan. Dari luar dirinya, setidaknya, dia mungkin bersyukur kalau festival ini tidak memberikan masalah berarti.

  Setidaknya perasaan itu sudah sedikit menghiburku.

  "Apa kamu tidak masalah dengan ini?"

  Aku sudah mempersiapkan jawaban pertanyaan seperti itu sejak tadi.

  "Yeah, aku tidak masalah dengan ini."

  "Begitukah..."

  Kamu tidak akan bisa menjelaskan sebuah salah paham. Tetapi kamu bisa melakukan sesuatu yang baru. Pertanyaan yang dia katakan dan jawabanku mungkin tidak memuaskan salah satu pihak, tetapi itu adalah satu-satunya jawaban yang bisa kutemukan untuk saat ini. Oleh karena itu, aku tidak masalah dengan itu.

  Aku berjalan dengan pelan.

  Gimnasium yang mulai sepi ini membuatku bisa mendengar suara langkah kaki yang mendekatiku dari belakang.

  Tiba-tiba muncul di sebelahku dan berjalan bersamaku, Yukinoshita Yukino.

  "...Kamu memang benar-benar berusaha menyelamatkan semua orang yang kamu bisa, ya?"

  "Apa maksudmu?" aku bertanya balik kepadanya, seperti baru saja mendengar sebuah pertanyaan yang kompleks.

  "Seharusnya, Sagami-san tidak akan pernah bisa dimaafkan karena meninggalkan kewajibannya dan pergi. Meski begitu, dia tetap kembali ke sini, dia seperti habis menjadi korban kata-kata kejammu. Dia bahkan bilang kalau Hayama dan dua temannya juga melihatnya. Dia seperti menjadi korban yang sempurna."

  "Kamu terlalu membesar-besarkannya. Aku tidak pernah berpikir sejauh itu."

  "Benarkah? Tetapi hasilnya tetaplah hasil, dan itulah yang terlihat sekarang. Oleh karena itu aku percaya kalau kau telah menyelamatkannya."

  Tidak, kamu salah. Aksiku itu tidak layak kau puji. Aku tidak bertindak untuk mendapatkan sebuah pengakuan atau pujian, tetapi harusnya tindakan yang berujung dengan kebencian dan menjadi kambing hitam.

  Setelah kita sampai di pintu keluar Gimnasium, aku ingin mengatakan kepadanya jawaban yang lebih baik.

  "Katakanlah, tadi yang kau katakan itu benar. Tetapi satu-satunya hal itu bisa berhasil karena ada Hayama di sana. Jadi kurang tepat kalau pujian itu dialamatkan kepadaku, benar kan?" jawabku.

  Yukinoshita terdiam, terlihat seperti kurang senang.

  "Oh, kamu mencoba merendahkan dirimu lagi."

  Suara itu, adalah suara Yukinoshita yang sebenarnya.

  Aku melihat ke arahnya dan dia mencondongkan kepalanya ke arah sebelahku tanpa mengatakan apapun. Aku menyadari apa yang dia lihat ketika melihat ke arah tersebut.

  "...Nee-san, kenapa kamu masih disini? Pergilah dan cepat pulang ke rumah."

  Muncul dibalik pintu keluar Gimnasium adalah Yukinoshita Haruno dan Hiratsuka-sensei.

  Hiratsuka-sensei dan Haruno-san sedang berdiri, sensei sedang menyalakan rokoknya seperti sedang hendak pulang sehabis mengganti bajunya.

  Haruno-san menepuk pundakku. "Ya ampun, kamu memang luar biasa, Hikigaya-kun. Aku mendengar tentang apa yang terjadi dari orang-orang. Sikap kepahlawananmu itu membuatku sangat menyukaimu. Kemampuanmu itu akan menjadi sia-sia kalau kamu menjadi milik Yukino-chan."

  "Satu-satunya hal yang sia-sia disini adalah berbicara denganmu, nee-san. Cepatlah pulang ke rumah," kata Yukinoshita.

  Haruno-san berpura-pura sedang terluka. "Kamu sangat dingin, Yukino-chan...Bukankah kita baru saja menjadi teman setelah bermain band tadi? Misalnya teman antar saudari?"

  Yukinoshita menaikkan alisnya untuk membalasnya. "Bilangnya begitu. Coba ingat tadi siapa yang menaikkan tempo seenaknya waktu pentas tadi? Dan siapa yang harus mengatur ulang ritmenya gara-gara mengikuti tempomu?"

  "Oh ayolah, itu kan bukan masalah utamanya? Yang penting penonton terlihat senang ketika aku melakukannya. Bukankah begitu, Hikigaya-kun?"

  "Oh itu, sepertinya begitu. Kulihat penonton tambah antusias melihatnya," kataku.

  Yukinoshita lalu mengedipkan matanya dua tiga kali. "...Kamu tadi melihatnya?"

  Sepertinya dia tidak berpikir kalau aku akan berada di sana. Tetapi aku tidak bisa menyalahkannya karena tidak melihatku karena aku baru kembali setelah pertunjukannya hendak berakhir. Lagipula dia berada di panggung juga, jadi tentu saja, dia tidak akan bisa melihatku.

  "Hanya di bagian akhirnya...Well, apalagi yang bisa kukatakan? Itu memang pertunjukan yang sangat bagus. Setelah melihatnya, aku, uh, sangat terkesan."

  Aku yakin kalau banyak sekali kata yang bisa kugunakan untuk memujinya, tetapi aku tidak bisa menemukan momen yang baik untuk mengatakan kepadanya, aku akhirnya hanya mampu mengatakan pujian yang seperti itu.

  Yukinoshita lalu memalingkan wajahnya dan membalasnya dengan jawaban yang tidak kupahami.

  "...Pe-Penampilan itu sangat jauh dari kata bagus. Bukannya aku tadi membuat kesalahan atau bagaimana, tetapi yang paling penting, itu terlihat kacau sekali. Untung saja penonton terlihat antusias sehingga kita bisa menutupi kesalahan itu, tetapi kalau penonton bisa mengontrol emosinya, aku yakin mereka tidak akan mau mendengarkan penampilan kita, dan juga, masalah terbesar kita adalah tidak adanya latihan, dan para member tidak bekerjasama dengan baik, namun begitu, aku yang bertanggung jawab sebagai gitaris, aku tidak bisa memandu seluruh lagu dengan baik, dan hasilnya..."

  "Wooow, kamu terlihat malu-malu ketika dipuji olehnya. Kamu sungguh manis, Yukino-chan," kata Haruno-san yang menterjemahkan ekspresinya.

  Yukinoshita seperti sedang membersihkan tenggorokannya dan menatap ke arahnya. "...Nee-san, kenapa kamu tidak segera pulang saja?"

  "Oke, oke. Aku akan pulang, pulang. Sampai jumpa lagi kalau begitu. Aku ada perlu soalnya. Aku yakin Ibu akan sangat terkejut ketika mendengar apa yang terjadi hari ini...benar tidak?"

  Senyum darinya, seperti sedang menantangnya, membuat ekspresi Yukinoshita seperti membatu. Ketika selesai melakukannya, Haruno-san membalikkan badannya dan berjalan pulang. Aku tidak tahu apa yang terlintas di pikiran Yukinoshita ketika Haruno-san mengucapkan kata-kata tadi. Apa yang terjadi diantara keduanya masih menjadi misteri bagiku, bahkan sampai sekarang.

  Ketika Haruno-san sudah tidak terlihat lagi, Hiratsuka-sensei melipat lengan jasnya dan memeriksa arlojinya.

  "Sebentar lagi wali kelas kalian akan memberikan pengarahan kepada kalian. Cepatlah kembali ke kelas kalian masing-masing."

  "Aku mengerti. Sampai jumpa lagi." Yukinoshita menjawabnya dan mengakhiri ekspresinya yang mematung sejak tadi. Setelah dia memberi salam ke Hiratsuka-sensei, dia mulai berjalan ke kelasnya. Aku berjalan ke arah yang sama di belakangnya.

  "Oke, saya akan pergi juga sensei."

  "Hikigaya..."

  Suaranya yang memanggilku membuatku menghentikan langkahku.

  Ketika aku berbalik, Hiratsuka-sensei tersenyum kecil.

  "Bagaimana aku mengatakan ini ya...? Ketika di rapat slogan dan kasus Sagami adalah hal yang berbeda, tetapi aku berpikir kamu telah berkontribusi banyak jika melihat hasilnya. Kamu membuat panitia festival bekerja dengan rajin, juga kamu menciptakan jalan keluar bagi Sagami."

  Dia memotong kata-katanya. Sepertinya dia hendak mengatakan sesuatu yang besar setelah ini. Tidak untuk dirinya, tetapi untuk diriku.

  "Tetapi jujur saja aku tidak bisa begitu saja memujimu." Hiratsuka-sensei memegangi pipiku dengan tangannya. Tangannya seperti sedang memberiku ketabahan, tidak membiarkan mataku berpaling darinya. "Hikigaya. Menolong orang lain bukanlah alasan yang baik untuk melukai dirimu sendiri."



  Aku mencium bau tembakau dan kehangatan dari ujung jarinya. Matanya yang berbinar-binar seperti mereka bisa melihat isi hatiku yang sebenarnya.

  "Tidak, aku sendiri tidak merasa terluka atau semacamnya..."

  "...Meskipun kamu sendiri sudah terbiasa tersakiti. Kamu harus sadar kalau disana ada orang-orang yang merasa tersakiti juga melihatmu terluka seperti ini." Dia menepuk pundakku. "Itu akhir dari pelajaranku hari ini. Cepatlah pergi ke kelasmu."

  "Baiklah..."

  Aku berpisah dengannya dengan mengatakan beberapa kata dan menuju ke kelasku.

  Meskipun aku berbelok ke arah lorong kelas, aku masih merasa dia terus memandangiku dengan lembut.






x  x  x






  Suasana kelas sangat ramai dengan topik Festival Budaya.

  Wali Kelas kami hari ini hanya sekedar mengabsen saja, setelah Ketua Kelas memberikan beberapa pengumuman, topik keramaian di kelas berubah membahas tentang pesta perayaan setelah ini.

  Dalam hal ini, itu adalah hal yang tidak berhubungan denganmu. Bangsat, bahkan ada yang berbisik kepadaku dari belakang untuk tidak perlu datang.

  Aku berkemas dan bersiap untuk pulang ke rumah karena aku malas untuk menolak ajakan ke pesta yang hanya datang sebagai basa-basi saja.

  Meskipun aku sendiri, aku masih bingung apakah sebenarnya Sagami mau menghadiri pesta yang diadakan oleh kelas atau panitia festival.

  Apa yang kurasakan di lorong kelas adalah percikan dari persahabatan dan gairah masa muda dari tiap kelas.

  Besok, Minggu, adalah hari libur. Senin juga adalah hari libur. Dan hari Selasa pagi akan dihabiskan untuk membersihkan kelas. Sampai saat itu tiba, semua ini akan menjadi sebuah kenangan bagi mereka. Setelah kita selesai bersih-bersih, kita akan melangkah maju ke kegiatan sehari-hari kita.

  Aku mungkin akan ambil bagian dalam kegiatan bersih-bersih kelas pada hari Selasa. Rasa maklum absen karena menjadi bagian dari panitia berakhir hari ini, oleh karena itu jika kupakai di hari Selasa nanti, akan menjadi invalid.

  ...Meski begitu, aku masih punya beberapa pekerjaan panitia festival yang belum selesai.

  Aku meletakkan tasku di pundakku.

  Di dalam tasku ada memo dan laporan yang harus diatur oleh panitia festival, terutama bagian asisten arsip. Tugas akhirnya adalah menggabungkan seluruh memo dan laporan yang dimiliki oleh asisten arsip lainnya dan menjadikannya satu. Sebelum aku menulisnya di komputer, aku perlu menulisnya menjadi satu dahulu dengan tangan.

  Jika aku berada di rumah, aku mungkin akan tertidur dan jika aku ke restoran, maka nampaknya akan penuh orang. Akan ada peluang juga kalau beberapa siswa disini akan membuat pesta perayaan disana juga. Jadi aku ingin menghindari bekerja di tempat-tempat seperti itu.

  Kakiku secara otomatis membawaku ke tempat dimana aku bisa berkonsentrasi.

  Di Gedung Khusus yang sepi, aku berjalan menyusuri lorong dan merasakan udara yang mulai dingin. Kita nampaknya akan segera masuk ke musim gugur.

  Sudah setengah tahun berlalu semenjak aku pertama kali berjalan di lorong ini dan pergi ke klub.

  Aku tiba di depan pintu Klub Relawan dan menaruh tanganku di pintu. Aku baru saja menyadari kalau aku tidak punya kuncinya. Biasanya, aku tidak perlu memikirkannya, karena dia akan tiba disini terlebih dahulu. Tetapi hari ini, dia tidak mengatakan satu halpun tentang akan pergi ke klub.

  Aku memindahkan tanganku dari pintu, berpikir kalau aku seharusnya tidak perlu kesini dan pulang saja ke rumah.

  Tetapi pegangan pintu ini terasa ringan.

  Aku lalu mencoba membuka pintu tersebut dan ternyata terbuka.

  Ini seperti, suasana ruangan kelas yang normal.

  Meski begitu, jika ada sesuatu yang tidak seharusnya berada disini, maka sesuatu itu adalah seorang gadis yang duduk di ruangan itu.

  Dibawah cahaya matahari tenggelam, dia menggerakkan penanya.

  Pemandangan ini seperti memberiku ilusi jika seandainya dunia akan kiamat, dia akan, tanpa ragu, akan tetap duduk dan berada di ruangan ini.

  Ketika aku melihatnya, baik pikiran dan tubuhku seperti berhenti bergerak.

       Seperti melawan semua akal sehatku, aku seperti terpana.




  Dia nampaknya menyadari kalau aku dari tadi berdiri disini, Yukinoshita secara perlahan menaruh penanya di meja.

  "Oh, selamat datang. Tuan yang paling dibenci oleh seluruh sekolah."

  "Apa kamu mau mengajak berantem?"

  "Apa yang terjadi dengan pesta perayaannya? Kamu tidak hadir kesana?"

  "Jangan bertanya sesuatu yang kamu sendiri tahu jawabannya," jawabku.

  Yukinoshita tersenyum lebar. Dia mungkin akan mengatakan sesuatu yang memancing emosiku lagi dengan senyum itu.

  "Jadi? Bagaimana rasanya dibenci oleh semua orang?"

  "Haha, sebenarnya mengetahui semua orang menyadari kehadiranmu adalah perasaan yang sangat menyenangkan," jawabku.

  Yukinoshita menaruh tangannya di keningnya seperti sedang sakit kepala. "Aku tidak yakin apakah aku akan mengatakan luar biasa atau terkejut...Kamu sungguh aneh...Tetapi aku sebenarnya tidak membenci caramu mengatakan kelemahan orang seperti itu."

  "Yeah, aku juga tidak membencinya. Bahkan, aku malah menyukai diriku yang memiliki hal itu."

  Yaaay, aku adalah yang terbaik. Aku sebaiknya mulai bekerja daripada merendahkan diriku seperti ini, aku sangat keren. Jika aku tidak bisa tabah seperti ini, aku rasa hatiku sudah hancur berkeping-keping.

  Aku mengambil memo dari tasku dan mulai mengaturnya. Aku hampir lupa apa alasanku kesini.

  Ngomong-ngomong, kenapa Yukinoshita disini?

  "Jadi, apa yang kamu lakukan disini?"

  "Aku perlu mengisi kuisoner tentang pilihan karir. Belakangan ini aku tidak punya cukup waktu untuk mengisinya karena sibuk dengan persiapan festival. Aku akhirnya punya waktu itu setelah semuanya selesai." Yukinoshita menjawabnya sambil menulis kuisioner itu. Tetapi tangannya terlihat tidak bergerak. "Kamu sendiri, kenapa kesini?"

  "Aku perlu mengatur laporannya. Aku ingin melakukannya di tempat yang sepi dimana aku bisa berkonsentrasi," jawabku sambil menggerakkan penaku.

  Yukinoshita memusatkan tatapannya ke tanganku. "Begitu ya...Ternyata kita memikirkan hal yang sama."

  Tampaknya, baik aku dan Yukinoshita datang kesini karena kita memang mencari tempat yang damai. Tempat yang memenuhi ekspektasi kami memang tidak banyak, sehingga datang ke tempat yang sama. Pada kenyataannya, kita seperti tinggal di tempat yang berbeda, kita tidak pernah bertemu untuk mengunjungi satu sama lain. Di kampus inilah kita bisa bertemu seperti ini.

  Ketika aku dan Yukinoshita sendirian karena alasan yang sama, kami sebenarnya adalah orang yang berbeda.

       Benar.

       Dia dan diriku tidaklah sama.

       Mungkin karena itulah. Mungkin memang karena itu, ketika kita saling berbicara satu sama lain, aku selalu merasa percakapan tersebut menyenangkan dan menyegarkan.

       Aku masih bisa merasakan semangat dari Festival itu masih berada di tubuhku. Aku ingin mengatakan pertanyaan itu lagi dan aku ingin mengatakan hal lainnya.

       Jadi mungkinkah.

       Jadi mungkin dia dan aku.

  "...Hey, Yukinoshita. Kita bisa..."

  "Maaf, itu mustahil."

  "Gah! Aku bahkan belum selesai mengatakannya, sial."

  Yukinoshita langsung memotong dan menolakku. Dia tertawa, seperti menganggapnya lucu.

  "Bukankah sudah kukatakan sebelumnya? Sangat mustahil bagi diriku untuk berteman denganmu."

  "Begitukah...?"

  "Benar kok. Lagipula aku tidak bohong."

  Meski begitu, kamu tetap mengatakan hal-hal yang agak kasar.

  Tetapi aku tidak bisa menolak kata-kata tersebut. Aku memutuskan untuk tidak memaksakan idealismeku ke orang lain. Kupikir ini adalah waktu yang tepat bagi Yukinoshita dan diriku untuk terbebas dari kutukan itu.

  "Tidak, tidak masalah kalau kamu ingin berbohong. Aku malahan sering melakukannya." Bahkan, aku tampaknya berbohong sepanjang masa. "Tidak masalah jika kamu berbohong untuk pura-pura tidak mengetahui sesuatu. Bahkan mungkin terlihat konyol jika suatu saat nanti ketahuan."

  Harusnya Yukinoshita mengerti apa yang kumaksud.

  Ini adalah tentang apa yang terjadi waktu itu.

  Pagi dimana kita hendak menghadiri upacara penerimaan siswa baru.

  Ketika hari pertama diterima SMA Sobu, aku terlibat dalam sebuah kecelakaan. Mungkin memang nasib sialku yang pergi lebih awal ke sekolah, merasa antusias karena akan mendapatkan kehidupan sekolah yang baru.

  Sekitar jam tujuh pagi. Yuigahama sedang berjalan-jalan dengan anjingnya di perumahan dekat SMA Sobu. Lalu dia kehilangan kontrol atas tali pengikat anjingnya dan di saat yang bersamaan, limosin yang ditumpangi Yukinoshita hendak lewat.

  Lalu aku menyelamatkan anjing itu dan terjadilah kecelakaannya.

  Oleh karena itu, kupikir Yukinoshita Yukino telah mengenal Hikigaya Hachiman setelah kecelakaan itu.

  Meski begitu, dia tetap mengatakan kalau dia tidak mengenalku. Dia tidak pernah sekalipun membahas kecelakaan itu. Dan ini adalah gadis yang kukenal selalu mengatakan apapun apa adanya.

  Suasana yang hening, terus berlanjut.

  Ketika senja mendekati ruang klub, Yukinoshita tetap menatap ke bawah, tidak bergerak.

  Tetap seperti itu, aku mampu mendengar suaranya yang pelan.

  "...Aku tidak berbohong. Maksudku, aku memang tidak mengenalmu sama sekali."

  Seperti yang kuduga, dia melanjutkan kata-katanya yang pernah dikatakannya ketika menolakku dulu.

  Meski begitu, aku merasakan sesuatu yang berbeda muncul kali ini.

  Yukinoshita mengangkat wajahnya.

  Dia menatapku, secara langsung, dan tersenyum. "...Tetapi sekarang, aku mengenalmu."




  Aku melihat ke arahnya dan akhirnya aku paham.

  "Benarkah..."

  "Ya, benar," kata Yukinoshita menjelaskan lagi.

  Sial, aku memang tidak bisa menang darinya. Jika dia hendak memberitahuku sesuatu seperti itu dengan wajah manisnya, bagaimana bisa aku membalasnya dengan respon yang baik?

  Lalu, kata-kata dari Sang Rubah di drama 2F terlintas di kepalaku.

       Kata-kata adalah sumber dari salah paham.

  Kurasa itu memang benar adanya.

  Kamu tidak bisa menyelesaikan sebuah kesalahpahaman. Akan ada suatu hal dimana kamu tidak bisa mereset sesuatu di hidup dan jawaban yang salah paham akan terus melekat seperti itu.

  Oleh karena itu, kamu seharusnya berhenti memikirkannya terus dan mulailah untuk menanyakan hal yang baru.

  Demi mengetahui jawaban baru yang benar darimu.

  Baik Yukinoshita dan diriku memang tidak mengenal satu sama lain.

  Jadi apa arti sebenarnya dari kata 'mengetahui satu sama lain'? Kita berdua tidak mengerti itu.

  Apakah bisa kita hanya saling menatap saja, lalu kita akan langsung paham. Apa yang terpenting dari itu adalah yang tidak terlihat oleh mata.

  Aku akan melakukannya lagi.

  Dan pada akhirnya kami berdua.

  Dalam waktu setengah tahun, kita akhirnya menyadari kalau kita berdua ada.

  Patung diri kita terbentuk dari nama dan pecahan-pecahan impresi diri, seperti sebuah mosaik, menempelkan pecahan satu dan lainnya dan akhirnya membuat sebuah gambaran tentang satu sama lain.

  Dan aku yakin, mungkin gambaran itu ada yang salah.

  Tetapi, itu bukanlah masalah untuk sekarang.

  Dengan berakhirnya libur panjang dan festival ini, kita akan kembali ke rutinitas harian yang tidak berguna ini.

  Di pintu terdengar ketukan dimana terdengar langkah sepatu yang mencerminkan rutinitas harian kita.

  "Yahallo!"

  Orang yang membuka pintu adalah Yuigahama Yui.

  Tetapi aku tidak paham alasannya datang kesini. Dia harusnya berada di pesta perayaan, bukan?

  "Ada perlu sesuatu, Yuigahama?"

  "Kerja bagus untuk Festival Budayanya! Jadi ayo kita meriahkan kegiatan setelah festivalnya!"

  "Aku tidak pergi. Jadi, kegiatan setelah festival itu apa?"

  "Kamu menolaknya tanpa tahu itu apa!? Ayolah, Yukinon, ayooo!"

  Yuigahama duduk di tempat biasanya disamping Yukinoshita dan menggoyang-goyang tubuh Yukinoshita seperti anak kecil yang merengek. Meski Yukinoshita merasa itu sangat mengganggunya, dia tidak mendorongnya menjauh.

  "Aku sendiri tidak tahu apa itu kegiatan setelah festival, itu kegiatan apa sebenarnya?" tanya Yukinoshita.

  Yuigahama menatap ke langit-langit. "U-Um...Itu seperti sebuah perayaan besar atau semacamnya...?"

  "Apa-apaan itu, kamu bahkan tidak tahu..."

  Aku melihat Yuigahama seperti sedang biingung dan Yukinoshita menaruh tangannya di dagunya.

  "Kalau melihat dari kata-katanya, bisa kita artikan semacam pesta perayaan karena festival selesai?"

  "Ah benar!" Yuigahama menunjuk ke arah Yukinoshita dan memuji jawaban benarnya. Apa dia mengatakannya dengan benar...?

  Yuigahama melanjutkan ekspresi bingungnya.

  "Hayato-kun dan lainnya merencanakan hal itu di tempat karaoke di dekat stasiun! Mereka bilang ingin mengundang banyak orang dan bukan hanya dari kelas kita saja..."

  "Begitu ya. Jadi karena itu kamu ingin mengundang Hikigaya-kun juga."

  "Oi, aku juga bagian dari kelas itu. Aku berarti otomatis diundang bukan?"

  Konfirmasiku barusan memang terasa agak aneh.

  "Uh huh, sepertinya begitu. Hayato-kun bilang untuk mengundang Hikki juga."

  "Apa maksudmu dengan sepertinya begitu...? Apa aku sepertinya bagian dari kelas atau bukan? Lupakan saja, karena akulah yang sebenarnya menolak untuk hadir. Hayama seperti menawarkan jaminan perlindungan kepadaku saja."

  Aku bukanlah orang yang menyedihkan, yang perlu diundang dengan alasan kasihan. Basa-basi semacam ini yang selalu membuat perasaan tidak nyaman bagi kedua pihak dan harus segera diselesaikan.

  Untuk meredakan amarahku, Yukinoshita berbicara dengan meyakinkan dan lembut. "Kamu tidak perlu keras kepala soal itu. Bukankah itu undangan yang sangat luar biasa, bukan? Kenapa tidak bergabung dengan mereka? Hikifoil-kun."

  "Hey, jangan menyebut namaku dengan salah. Ngomong-ngomong, apa-apaan dengan Hikifoil? Jangan membuatku merasa selevel dengan mereka hanya karena aku diundang, oke?"

  Pertama-tama, aku tidak mau menjadi orang yang dilindungi orang lain. Malahan, aku ingin menjadi karakter biasa atau asisten yang sinting. Bahkan kenyataannya, aku tidak ingin menjadi aktor.

  "Se-sekarang ... Adalah kesempatan bagus, ayo pergi."

  "Aku ingin disini saja. Bahkan jika aku pergi, aku hanya akan mengisi salah satu sudut atau pinggir tembok saja. Punya orang seperti itu akan menghancurkan suasana dan membuatku terasa buruk," kataku dan aku mulai mengerjakan tugasku mengorganisir laporan.

  Pekerjaan adalah alasan yang bagus...Itu membuat sebuah alasan yang masuk akal ketika menolak ajakan seseorang. Jika aku menjadi pegawai kantoran, kehidupan penyendiriku akan mencapai level tertinggi.

  "...Itu benar. Lagipula, pesta perayaan setelah festival ini bukanlah tugas dari panitia festival, jadi aku tidak punya alasan untuk pergi.

  "Ehhh! Aku memang tidak bisa melakukan apapun soal Hikki karena dia punya pekerjaan yang harus dilakukan, tetapi Yukinon..." kata Yuigama dan Yukinoshita mulai menulis sesuatu di kuisionernya. "Yukinon, kamu sedang menulis apa?"

  "Kuisioner Karir."

  "Ohhh...Baiklah, aku akan menunggu hingga kamu selesai!"

  "Aku tidak mengatakan kalau aku akan pergi..."

  Nampaknya Yuigahama memang ingin menunggu. Yukinoshita sudah mengatakannya dengan tegas, tetapi Yuigahama tetap melihatnya dengan tersenyum. Ahh, dia nampaknya memang berniat untuk membawanya pergi...Jika dia mengatakan akan menunggu, maka dia akan menunggu. Dia memang anjing yang setia.

  Senja yang mengirimkan cahaya kemerahan mulai mengalir masuk ke ruang klub.

  Festival sudah berakhir.

  Apa yang sudah terjadi, maka terjadilah.

  Kamu tidak bisa kembali lagi ke momen itu. Bahkan tirai dari aksi sia-siaku akan turun dan tertutup.

  Tetapi mengetahui kalau suatu hari nanti aku akan meratapi hal-hal yang pernah hilang dariku, aku mulai melanjutkan menulis laporanku.









x Volume 6 | TAMAT x





  Hachiman berbohong kalau dia tidak benar-benar masalah dengan menyebarnya gosip paska insiden Sagami tersebut. Dalam monolognya, jelas mengatakan kalau dia terluka.

  ...

  Jadi yang terlihat oleh warga SMA Sobu seperti ini...

  Sagami tidak muncul ke upacara penutupan Festival Budaya karena Hachiman mengatakan hal-hal kasar kepada Sagami, sehingga membuat Sagami menangis dan tidak mau kembali ke upacara penutupan. Lalu Hayama datang dan hendak menghajar Hachiman karena perlakuan kurang ajarnya kepada seorang gadis. Sagami menghentikan tindakan Hayama tersebut, dan Sagami akhirnya mau kembali ke upacara penutupan.

  Kebenarannya hanya diketahui oleh panitia festival...

  ...

  Yui memiliki peluang emas untuk datang dan memberi semangat Hachiman yang sedang down karena gosip itu. Tapi Yui memilih untuk terus berjalan meninggalkan Hachiman sendiri. Yang mengambil peluang emas ini justru Meguri dan Yukino.

  Alasan Yui meninggalkan Hachiman baru diketahui di vol 7 chapter 9, yaitu Yui sendiri tidak menyukai sikap Hachiman yang sengaja menjadikan dirinya martir sosial dan memberikan alasan bagi Sagami untuk kembali ke upacara penutupan.

  Di vol 9 chapter 9, Yui masih berharap Hachiman mau mengubah metodenya itu, tapi Hachiman memilih mengikuti saran Yukino untuk menjadi dirinya sendiri. Hachiman hingga vol 11 tetap menjadi seperti ini.

  ...

  Alasan Hachiman yang dikatakan ke Yukino mengenai insiden Sagami, yaitu karena jasa Hayama, karena ada Hayama, dll.

  Adegan tersebut meniru adegan Batman setelah melihat Harvey Dent tewas jatuh dari gedung. Batman mengatakan kepada Gordon untuk mengatakan kepada publik kalau Batman yang membunuh semua korban Harvey, Batman disalahkan atas kejadian tersebut agar Gotham bisa kembali damai.

  Entah kebetulan atau tidak, banyak sekali bagian di LN ini mengambil adegan The Dark Knight, mungkin ini salah satu film favorit Watari.

  ...

  Pemandangan Yukino di Klub, merupakan book-end dari kejadian serupa di vol 1.

  ...

  Jelas saja permintaan pertemanan Hachiman ditolak.

  Sebenarnya bukan masalah siapa yang mengajak berteman, tapi jika dilihat dari vol 1 chapter 2, Yukino sebenarnya kesal dengan namanya teman pria. Hayama yang merupakan teman sepermainan, teman satu grupnya bersama Haruno, tidak mau kooperatif dalam menghilangkan gosip pacaran mereka. Itu membuat Yukino dibully oleh siswi-siswi di kelasnya.

  ...

  Hachiman mengajak Yukino berteman, lalu ditolak. Lalu Hachiman membahas soal Yukino yang berbohong tidak mengenal Hachiman. Di vol 1 chapter 3, Yukino mengatakan sejak awal kalau dia tidak mengenal Hachiman. Hachiman sendiri memiliki keyakinan kalau Yukino mengenalnya karena dia korban tabrakan waktu itu.

  Sebenarnya, ini pernyataan yang tricky. Karena pernah dibahas di vol 2 chapter 4, Yukino sendiri butuh definisi pasti mengenai kenal, teman, dll. Juga sekali lagi, Yukino juga menanyakan definisi teman kepada Hachiman di vol 1 chapter 2.

  Yukino menjawab waktu itu, pertemuan pertama di vol 1 chapter 1, dia memang tidak mengenal Hachiman. Namun, sekarang dia mengenal Hachiman yang sebenarnya. Artinya, Yukino memang tahu kalau pria di depannya adalah korban kecelakaan mobilnya, tapi Yukino tidak tahu siapa "Hikigaya Hachiman". Namun, dia kali ini tahu siapa Hikigaya Hachiman.

  Mengapa ini unik? Karena ini merespon monolog Hachiman di vol 3 chapter 6, Hachiman tidak mengakui cinta Yui karena cinta Yui tersebut dialamatkan kepada pria penyelamat anjingnya, bukan Hikigaya Hachiman. Yukino secara tidak langsung mengatakan kalau pria yang dia kenal dulu, adalah korban tabrakan mobilnya. Kali ini, Yukino mengatakan secara jelas, kalau pria di depannya itu adalah Hikigaya Hachiman.

  Jadi sebenarnya, mereka memang tidak berteman. Yukino tidak mau menamai hubungan mereka teman. Jelas bukan berada di level asmara.

  Jawabannya baru kita dapat di volume 8 chapter 4, Hachiman menyebut hubungan mereka adalah hubungan saling percaya. Lalu di vol 10 chapter 9 Haruno juga menyinggung hubungan saling percaya antara Yukino dan Hachiman.

  Di volume 9 chapter 5 Yukino menyinggung hubungannya dengan Hachiman, dimana kata-kata Yukino merujuk vol 4 chapter 7 dimana mereka membahas hubungan pertemanan yang tulus. Kata-kata tersebut adalah "Jika hal yang kecil saja bisa membuatnya hancur, bukankah sejak awal hubungan mereka memang rapuh?".




8 komentar:

  1. Pdf plisss...il always remember It.

    BalasHapus
  2. Masuk semua min.

    Tapi kira - kira si Yui denger ga percakapan mereka, kalo denger mungkin itu yang ada monolog Yui yang cemburu di volume 11.

    BalasHapus
  3. Wtf... gua ngerti kalau Hikki emang hobi jadi martir, tapi masa gosip yang tersebar "Sagami pergi grgr dikatain oleh Hikki"
    Apaan coba -_-
    Kasian Hikki :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Namanya jg gosip, gosip itu prinsipnya yg dikatakan mayoritas adalah kebenaran.

      Hapus
  4. Terkutuklah kau Tobe!

    BalasHapus