Selasa, 05 Januari 2016

[ TRANSLATE ] Qualidea of The Scum Chapter 5 : Chigusa Yuu 5



x  x  x





  “Kaulah yang sampah disini.”

  ...Itu terjadi sebelum aku mengedipkan mataku.

  Tanganku menjadi panas luar biasa seperti sedang dijepit sesuatu. Punggung tanganku terasa sakit, seperti kulitnya sedang melepuh, membengkak dan dipenuhi rasa sakit.

  Aku menyadari kalau ternyata hanya tanganku saja yang merasakan sakit tersebut.

  Aku pertama kali menangis karena kekerasan seorang pria ketika balita dulu, dokter memukul pantatku. Waktu itu, well, ada alasan untuk itu, bisa dikatakan aku menerima hal itu, tapi kali ini, aku mendapatkan kekerasan karena menghampiri seorang pria. Sebuah tindakan yang sangat kasar. Tindakan seperti ini bisa memicu tuntutan hukum.

  Aku mengedipkan mataku. Air mata menyebar dengan cepat dari mataku. Ketika aku mulai meninggalkan keadaan diriku yang menyedihkan ini, yang bahkan tidak sanggup untuk menaikkan satupun jariku untuk menghentikannya, aku menatap langsung ke arah Kusaoka-san, yang hanya membalasku dengan senyumannya yang santai. Pura-pura bodoh, aku menatap diantara tanganku yang sudah gerah dan wajah pria muda yang telah mengakibatkannya.

  Meminta bantuan ke orang lain bukanlah hal yang perlu dilakukan dengan meminta maaf. Dari berbagai sudut pandang, orang ini adalah yang terburuk dari semua yang terburuk.

  “...Baiklah.” Aku mengatakannya dengan nada yang agak tegang. Aku putuskan untuk memberikannya hukuman yang terberat. “Baiklah kalau begitu. Aku kurangi Johannes poinku. Silakan kau pulang ke rumah.”

  “Wh-Whoa. Kamu serius?”

  “Cepatlah!”

  “Wah...Coba sejak awal aku tahu kalau akan berakhir begini...”

  Kusaoka-san terlihat pergi dengan lesu tanpa berusaha memprotes apapun. Meskipun punggungnya terlihat rendah seperti diselimuti kesedihan, aku paham yang terjadi.

  Aku memutuskan untuk membubarkan waktu dimana kita harusnya bisa menghabiskannya bersama, tapi itu harus kulakukan agar dia memikirkan dengan baik segala tindakannya hari ini. Dia sudah membuat Chigusa yang lemah dan penakut ini sebagai musuhnya.

  Ketika membahas hubungan antar manusia, ketiga hal tersebut sangat penting. Dia sudah membuatku kagum dan menakutkanku. Dan yang tersisa adalah mematuhiku. Memang, yang akan dilakukan Kusaoka-san setelah ini hanyalah mematuhiku.

  Setelah ada pasangan terpisah, mereka akan bertemu lagi setelah merasakan penyesalan yang mendalam dan perasaan ingin dimaafkan dalam sebuah adegan dimana seluruh pemirsa bioskop di Amerika rasanya ingin menangis saja ketika melihat itu. Bahkan termasuk Kusaoka-san, yang kurang dalam skill komunikasi, akan merasakan kesendirian dan terisolasi setelah diusir seketika seperti tadi. Dia akan merasa malu karena melakukan kesalahan. Berapa detik yang diperlukan baginya untuk membalikkan badannya dan berlari kembali ke arahku?

  Aku berpikir bagaimana aku harus menerimanya kembali. Haruskah aku tersenyum dan menaruh tanganku di bahunya? Atau haruskah aku membuat jari-jari kakinya untuk menyentuh keningnya sendiri? Aku mungkin akan membiarkannya menunggu di tengah salju dan hujan, a la  ‘Walk to Canossa’. Insiden ini akan tertulis dalam buku resmi ‘Pekerjaan Chigusa’, dan akan dikenal luas ke seluruh negeri sebagai bukti akan adanya eksistensi dari keadilan.

  Entah mengapa, ini membuatku antusias. Mungkin sangat klise ketika mengatakan kalau waktu berlalu dengan cepat ketika kau sedang bersenang-senang, tapi itulah yang terjadi denganku. Ketika kulihat aplikasi stopwatch di smartphoneku, satu menit sudah lewat begitu saja, dan kemudian tiga menit, lima menit, dan kemudian...hmm?

  Tidak peduli seberapa lama aku menunggu, Kusaoka-san tidak kembali. Meski aku fokuskan pendengaranku, yang terdengar hanyalah suara helikopter dan tangisan kesendirian para burung yang hidup di malam hari. Seperti orang bodoh, aku berdiri sendiri di lorong, sendirian.

  Ketika aku melihat jendela terdekat, aku terkejut.

  Di gerbang hitam yang menjulang tinggi dalam kegelapan malam. Disana, di pintu samping, ada seseorang.

  Dari bayangannya, itu jelas Kusaoka-san. Entah apa dia tahu kalau aku sedang melihatnya atau tidak, dia melambai-lambaikan tangannya dengan gembira ke arahku, setelah itu dia pergi ke arah perumahan  dekat sekolah dan menghilang dalam kegelapan malam. Kalau aku memanggilnya dengan tergesa-gesa pada saat ini, maka aku hanya akan mendengar suara mesin penjawab. Apa dia sedang bermain-main denganku? Dia harusnya ada disini, di sisiku.

  Aku bisa mendengarkan suara kertakan gigiku yang berada dalam mulutku. Kedua kakiku menghentak lantai untuk melampiaskan rasa frustasiku. Berpikir kalau dia telah membodohiku. Kalau sudah begini, aku akan berubah menjadi Super Saiyan Johannes untuk mengawali kejadian buruk ini, sebuah konflik yang serius...

  “...Ya ampun.”

  Aku keluarkan kekesalanku. Aku memutar badanku dari arah jendela secara perlahan.

  “Ini konyol sekali...”

  Ini adalah hal terkonyol yang pernah kualami. Kalau akhirnya memang akan menjadi begini, baiklah. Aku akan bermain seperti permainannya. Aku tidak akan mau lagi membagi sumber daya diriku yang berharga dengannya.

  Tak terbayangkan rasanya kalau sekarang akulah yang mengikutinya, aku akhirnya memutuskan untuk meninggalkan gedung sekolah. Di luar, angin malam seperti menyelimutiku. Tidak ada satupun yang melindungiku dari angin ini. Tentunya, aku juga tidak membutuhkan siapapun sejak awal.

  Tanganku masih diselimuti rasa sakit. Entah apa itu karena kata-katanya sudah mengenaiku ataupun hal-hal lainnya, memikirkan itu saja sudah menggangguku, jadi aku putuskan untuk tidak membahasnya lagi. Aku kepalkan tanganku. Jadi rasa sakit itu akan pergi dengan lebih cepat. Dengan begitu, aku bisa tidak mempedulikan rasa aneh di hatiku ini.

  Orang yang menyedihkan.

  Orang yang benar-benar menyedihkan.


  Pertama kali dalam hidupnya, Chigusa Yuu menghina seseorang.







- Chapter V | END -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar