Jumat, 29 April 2016

[ TRANSLATE ] Oregairu Vol 2 Chapter 3 : Hayama Hayato Selalu Berada di Belakang Semuanya (3/3)


x x x









  Esoknya, Yuigahama terlihat sangat antusias.

  Dia tidak berada di tempat yang biasanya ketika jam istirahat tiba, malahan dia mentraktirku roti dan minuman. Lalu, kami melakukan rapat strategi.

  “Aku akan mencoba bertanya-tanya sebentar lagi...Jadi kau tidak harus turun tangan, Hikki. Malahan, kau sepertinya tidak perlu melakukan apapun.”

  “Oh, keren itu. Aku sangat menghargai itu. Tapi apa yang membuatmu sangat termotivasi kali ini...?” tanyaku. Dia bahkan tidak terlihat setengah-setengah ketika hendak melakukannya.

  “Adalah, begitu? Ka-Karena aku diminta Yukinon, ya begitu!”

  Dedikasinya untuk melaksanakan permintaan Yukinoshita memang sedikit menyentuh. Tapi, aku sendiri lelah melihatnya. Entah mengapa ada sesuatu yang kurang nyaman timbul di diriku.

  “Memang bagus kalau terlihat termotivasi, tapi apa yang akan kau lakukan dengan mereka?”

  “Hmm, aku akan mencoba mendengarkan pembicaraan para gadis. Kalau membahas soal hubungan di kelas, para gadis suka membahasnya lebih dalam. Dan mereka benar-benar antusias ketika yang dibicarakan adalah orang yang sama-sama tidak mereka sukai.”

  “Whoa, para gadis memang menakutkan. Sial.”

  Pada dasarnya, ini seperti quote musuh dari musuhku adalah temanku. Apa tidak ada yang tahu kalau mereka sedang menerapkan strategi level elit seperti itu selama ini?

  “Tidaklah sejahat yang kau bayangkan! Hanya sekedar mengeluhkan orang itu – atau mungkin lebih tepat jika dikatakan bertukar informasi?”

  “Oh, itu seperti ini bukan tentang apa yang dikatakan, tapi bagaimana cara mengatakannya?”

  “Ngomong-ngomong! Kau buruk sekali ketika membahas soal ini, Hikki. Diam saja dan biarkan aku yang melakukannya!”

  Tapi yang dikatakan Yuigahama ada benarnya juga. Sejujurnya, ini bukanlah kebiasaanku untuk mencari info dari obrolan orang-orang. Biasanya ketika aku mendekati mereka, mereka langsung curiga kepadaku. Setelah itu mereka akan bertanya “Kamu siapa sih?” kepadaku.

  Tidak seperti diriku, Yuigahama memiliki status ‘disukai siapa saja’ di kelas ini. Belum lagi, orangnya gampang akrab. Hal-hal seperti ini bisa dimiliki jika sejak kecil sudah membiasakan untuk hal-hal seperti ini. Punya skill untuk bisa menemukan tempat yang tepat untuk bergabung memang benar-benar berguna.

  “Yeahh, kau benar...Maaf. Kuserahkan kepadamu. Semoga sukses!”

  “Mmm! Yep!”

  Yuigahama mengatakan itu dengan semangat membara, sebelum mendekati grup gadis yang berteman dengan grup Hayama. Dia berjalan ke grup Miura sambil mengatakan “Maaf aku tadi agak lama!”

  “Oh, Yui. Apa yang membuatmu sangat lama sekali?”

  Miura, pemimpin grup itu menanyakan itu dengan ekspresi kurang tertarik.

  “Hei, tahu tidak, Tobecchi, Ooka-kun, dan Yamato-kun belakangan ini terlihat aneh. Mereka itu agak...Tahulah. Maksudku – “

  Buset! Akupun terkejut mendengar kata-kata Yuigahama.

  Dia langsung melempar bolanya lurus ke depan! Dan tidak lupa bolanya sedikit melenceng dari sasaran! Kalau kita membahas dari segi kekuatan, maka dia bisa dikategorikan rank S. Tapi kontrol bolanya parah – pasti langsung rank F.

  “Huh...Jadi kau suka gosip ya, Yui...” kata seorang gadis, yang terlihat mendekatinya.

  Kalau tidak salah, namanya Ebina-san kah?

  Miura menatap ke arah Yui dan matanya tampak bersinar cerah.

  “Begini, Yui. Kurang bagus jika mengatakan hal-hal seperti itu, tahu tidak? Kurang bagus kalau membicarakan kejelekan teman kita!”

  Kalau melihat kata-katanya tadi, Miura memang mengatakan hal-hal yang benar.

  Atau lebih tepatnya, Yuigahama sekarang berada di posisi orang jahatnya. Apa sih yang dia lakukan?

  Meski begitu, Yuigahama memberikan yang terbaik untuk meyakinkan mereka kalau dia tidaklah salah.

  “Bukan! Kau tidak paham maksudku! Aku, seperti, tertarik dengan mereka.”

  “Apa, apa kau menyukai salah satu dari mereka?”

  “Enggak lah! Memang aku sekarang sedang tertarik ke seseorang sih, tapi...Well...Huh?!”

  Di saat yang bersamaan, ekspresi Yuigahama mengatakan “oh sial!”. Miura yang mengetahui itu lalu tersenyum.

  “Oho...Jadi kamu ini sedang menyukai seseorang, Yui? Ayo ceritakan! Mengakulah. Kita bisa membantumu!”

  “Seperti kataku tadi! Itu bukanlah masalahnya! Aku tertarik dengan hubungan mereka bertiga, tahu tidak? Seperti, kupikir belakangan ini sikap mereka agak aneh!”

  “Oh, begitu kah? Ah membosankan.”

  Miura langsung kehilangan minatnya. Dia membuka HP-nya dan mulai bermain-main dengan HP-nya.

  Tapi Ebina-san masih tertarik dengan hal itu.

  “Aku paham maksudmu...Kau pasti tertarik juga kan, Yui...Sebenarnya, aku juga!”

  “Yeah, yeah! Mereka, seperti, bersikap aneh dan sejenisnya!”

  “Kupikir juga begitu,” Ebina-san mengatakan itu dengan keyakinan yang tinggi. “Kalau kulihat-lihat, Tobecchi itu seperti uke! Dan Yamato-kun itu bertipe pasif. Oh, dan Ooka-kun itu tipe yang suka menggoda. Pasti ada ‘sesuatu’ diantara mereka bertiga!”

  “Oh, kau akhirnya paham,” awalnya Yuigahama mengatakan begitu. Kemudian, “...Huh?”

  “Tapi tahu tidak! Ketiganya pasti mengincar Hayato-kun! Eeeek, aku merasa kalau mereka berteman dengannya karena mengincar itu! Oh, pikiranku mulai dipenuhi hal itu!”

  Wow, serius nih? Aku baru tahu kalau Ebina-san menyukai itu secara berlebihan? Hidungnya bahkan mimisan.

  Yuigahama terlihat gugup dan bingung dengan situasi itu, sementara Miura terlihat mendesahh kesal.

  “Ya mulai lagi deh. Ini semacam penyakit yang diderita Ebina. Ya ampun, kau akan terlihat manis jika kau ini diam, jadi cepat bersihkan hidungmu sana!”

  “Ahahaha...” Yuigahama tertawa dengan aneh.

  Ketika dia menyadari kalau aku sedang melihatnya, dia menepuk kedua tangannya, seperti memberitahu kegagalannya.  “Maaf!”.

  ...Yeah, kurasa aku tidak akan terkejut kalau seperti itu hasil akhir yang dia dapatkan dari serangan langsung tadi. Bahkan jika Ebina-san tidak ada disana sekalipun, akhirnya pasti akan tetap mengecewakan.

  Jadi pada akhirnya, aku tetap harus melakukan sesuatu.

  Tapi, ikut dalam obrolan bersama teman-teman sekelas kurasa bukanlah keahlianku. Jadi bagaimana aku bisa mencari informasi dari mereka?

  Jawabannya jelas. Yang bisa kulakukan hanyalah mengamati mereka. Jika aku tidak bisa mengobrol dengan mereka – bukan, karena aku memang tidak bisa berkomunikasi dengan mereka, maka aku harus mencari cara lain untuk memperoleh informasi.

  Kata orang, 30% komunikasi manusia itu lewat kata-kata. Sisa 70% lewat gerakan mata dan bahasa tubuh lainnya. Kalimat “sebuah gambar berbicara lebih dari seribu kata” datang dari pentingnya komunikasi non-verbal. Dengan kata lain, bahkan seorang penyendiri yang tidak bisa berbicara dengan mereka, masih bisa mencari informasi jika fokus di 70% sisanya. Benar tidak? Benar kan?

  Sekarang, saatnya mempraktekkan salah satu dari 108 skill spesialku : “mengamati manusia”. Skill lainnya adalah menembak dengan menggunakan senjata. Oleh karena itu aku ini memang mirip Nobita-kun.

  Mengamati perilaku manusia itu sangat mudah:

  [1] Pakai earphone tapi tidak menyalakan musik sehingga kau bisa fokus dengan sekelilingmu.

  [2] Pura-pura tertidur, tapi di kenyataannya, kau sedang mengamati setiap detail ekspresi dari member grup Hayama.

  Itu saja.

  Hayama dan yang lainnya sedang mengobrol di dekat jendela belakang. Hayama sedang menyandar di tembok, dikelilingi oleh Tobe, Yamato, dan Ooka.

  Ini saja sudah mengatakan banyak hal. Dengan mudah aku melihat kalau Hayama adalah orang paling menonjol di grup itu. Itu karena dia menyandar di tembok, dimana dia memiliki pertahanan terbaik di grupnya, seperti seorang raja yang sebenarnya. Meski begitu, mereka semua tidak menyadarinya. Itu karena mereka punya kesadaran diri yang rendah dan memakai insting mereka untuk bertindak.

  Aku bisa melihat kalau mereka bertiga punya peran masing-masing di grup itu.

  “Yo, bro. Pelatih Klub Baseball gue memukul bola waktu latihan dan kena ke Klub Rugby! Parah banget! Belum lagi bolanya kenceng banget tuh!”

  “...Yeah, pembina klub gue kena bola kampret dari pelatih lo.”

  “Wah jengkelin banget tuh! Tapi tahulah, tim Rugby yang kena bolanya aja masih tenang-tenang aja. Tapi tim sepakbola gue parah bro. Lu tahu pas tuh bola ketendang ampe keluar lapangan, orang-orang pada marah semua. Kayak judul film, fast and furious!”

  Ooka membuka candaannya, lalu Yamato meneruskannya. Lalu Tobe mengatakan punchline-nya. Ini seperti menonton latihan drama. Shakespeare pernah berkata, “Dunia ini panggung sandiwara”, tentunya orang-orang akan memainkan drama sesuai peran yang diberikan kepada mereka.

  Juga, sutradara dan penontonnya dijabat oleh Hayama. Hayama tertawa mendengarkan semua cerita mereka, mengatakan sebuah topik dan bersemangat mendengarkan cerita-cerita mereka. Aku menyadari banyak hal dari mengamati mereka:

  Oh, dia terlihat cemberut secara diam-diam sehingga kalian tidak melihatnya.

  Dia akan langsung diam ketika pria di sebelahnya mulai berbicara.

  Dia akan bermain dengan HP-nya dengan ekspresi kebosanan di wajahnya dan tidak mendengarkan topiknya.

  Ketika ada guyonan berbau porno dibahas, dia selalu tersenyum – dasar perjaka yang menyedihkan. Tidak ada keraguan soal itu. Sumber: diriku. (Kenapa ya ketika ada candaan berbau porno muncul, orang-orang pura-pura menganggapnya santai tanpa mempedulikan perasaan mereka yang sebenarnya...?)

  ...Kurasa informasi yang terakhir tadi tidak ada hubungannya dengan yang kulakukan ini.

  Tampaknya tidak banyak yang bisa kudapatkan. Setelah memikirkan hal itu, akupun mendesah.

  “...Sebentar ya, aku ada perlu sebentar,”

  Hayama mengatakan itu dan melihat ke arahku. Tampaknya aku dari tadi mengamati mereka dengan serius sehingga Hayama menyadari diriku. Jantungku berdetak kencang ketika mengira mereka akan mengatakan kepadaku, “Oi, lu lihat apaan kesini? Mau ngajak berantem?” atau sesuatu seperti itu.

  Hayama lalu berjalan ke arahku. Akupun mengatakan sesuatu dengan ekspresi kurang senang ketika Hayama datang kepadaku.

  “Ada apa?”

  Hayama tidak terlihat kesal, ataupun menarik kerah bajuku, juga tidak memintaku untuk merubah sikap. Dia hanya tersenyum.

  “Oh, kupikir kau sudah menemukan sesuatu.”

  “Nah...”

  Hal-hal besar yang kutemukan hanyalah Ebina-san adalah seroang fujoshi dan Ooka adalah perjaka. Sambil memikirkan itu, aku melihat ke arah Ooka dan yang lainnya, dan aku melihat sebuah pemandangan yang mengejutkan.

  Ketiganya hanya bermain-main dengan HP-nya. Dan sesekali, mereka melirik ke arah Hayama.

  Aku langsung mendapatkan sebuah jawaban seketika. Seperti di manga Detektif Conan ketika disetrum oleh pistol setrum setelah mendapatkan kesimpulan tentang kasus.

  “Apa terjadi sesuatu?” tanya Hayama.

  Akupun tersenyum licik kepadanya.

  “Aku sudah memecahkan semua misteri dalam kasus ini!”

  Tentunya, analisis akan ditunjukkan setelah jeda iklan.









x x x









 Orang-orang yang berkumpul di ruangan Klub Relawan sepulang sekolah adalah Yukinoshita, Yuigahama, dan diriku. Oh, ada Hayama juga.

  “Apa yang kau temukan?”

  Yuigahama memasang ekspresi tertawa yang dibuat-buat.

  “Maaf ya! Aku sudah bertanya ke para gadis kalau mereka punya info atau tidak, tapi hasilnya zonk!” dia mengatakan itu sambil meminta maaf.

  Yeah, mau bagaimana lagi. Itu karena Ebina-san menjadi gila terhadap sesuatu yang seharusnya Yuigahama tidak ketahui. Yuigahama lalu mendengarkan info-info yang tidak penting itu darinya.

  Yukinoshita merendahkan kepalanya dan menatap ke arah Yuigahama. Tapi dia tidak marah dengan hal itu.

  “Begitu ya? Kalau begitu, kurasa tidak masalah.”

  “Huh? Apa kau benar-benar tidak apa-apa mengenai itu?”

  “Sebaliknya, hari ini kau menemukan fakta kalau para gadis tidak tertarik dan tidak ada hubungannya dengan grup Hayama-kun. Dengan begitu, bisa disimpulkan kalau masalah itu hanya berputar-putar di sekitar member grup Hayama-kun saja. Yuigahama-san, kau sudah melakukan hal yang bagus.”

  “Y-Yukinon...” mata Yuigahama seperti dipenuhi emosi tertentu.

  Yukinoshita lalu bisa menghindari pelukan Yuigahama. Kepala Yuigahama lalu menabrak tembok dan dia terlihat hendak menangis.

  Seperti terkejut, Yukinoshita mengelus kening dari Yuigahama. Di saat yang bersamaan, dia melihat ke arahku.

  “Bagaimana denganmu?”

  “Maaf, aku tidak menemukan petunjuk mengenai si pelaku.”

  “...Begitu ya.”

  Kupikir dia akan menghajar kepalaku sampai babak belur, tapi Yukinoshita hanya mendesah. Dia melihatku dengan tatapan mata yang menyedihkan. “Kurasa tidak ada seorangpun yang mau berbicara kepadamu.”

  “Bukan, bukan begitu...”

  Memang benar kalau aku sangat yakin tidak akan ada yang mau berbicara denganku jika aku berbicara dengan mereka. Adegan mengobrol ke orang dan memancing mereka untuk membahas topik tertentu terlalu banyak memakan kalori spiritual tubuhku. Sangat membuang-buang MP hanya untuk Magic Burst.

  “Aku memang tidak menemukan siapa pelakunya, tapi aku menemukan satu hal,” kataku.

  Yukinoshita, Yuigahama, dan Hayama mencondongkan tubuhnya ke arahku. Tatapan yang penuh tanda tanya, tatapan yang sudah menduga sesuatu itu dariku, tatapan yang tertarik akan apa yang akan kukatakan setelah ini – setelah melihat sikap mereka, akupun pura-pura batuk. Seperti memperoleh momen tersebut, Yukinoshita bertanya.

  “Kira-kira apa yang kau temukan?”

  “Grup mereka itu, adalah Grup Hayama.”

  “Huh? Bukankah semua orang tahu itu?” Yuigahama mengatakan itu seperti aku baru saja mengatakan sesuatu yang idiot. Tapi yang kulihat dari tatapan matanya adalah, “Siapa yang perjaka disana? Ooka?” Hei, tolong jangan bawa-bawa Ooka.

  “Uhh...Hikitani-kun, apa maksudmu?”

  “Oh, kurasa aku mengatakan itu dengan kurang jelas. Maksudku, kata ‘Hayama’ itu menyatakan kepemilikan grup. Dengan kata lain, grup itu milik Hayama dan grup itu ada hanya demi Hayama.”

  “Nah, kupikir tidak seperti itu...” kata Hayama.

  Tapi dia mengatakan itu karena dia tidak menyadarinya. Kalau begitu, mungkin juga ketiga member grupnya merasakan hal itu, kalau mereka semua tidak menyadari grup mereka itu adalah Grup Hayama.

  Tapi karena aku adalah orang luar, aku bisa merasakan perbedaan itu dengan sangat jelas.

  “Hayama, apa kau pernah melihat mereka bertiga ketika kau tidak ada disana?”

  “Tidak, tidak pernah...”

  “Bukankah itu sudah jelas,” Yukinoshita mengatakan itu seperti menganggapku seorang idiot. “Dia itu bukan dirimu yang bisa melihat semuanya meski kau tidak ada disana.”

  Akupun mengangguk.

  “Itulah mengapa Hayama sendiri tidak pernah menyadarinya. Mereka bertiga tidak terlihat akrab ketika tidak ada Hayama diantara mereka. Sederhananya, bagi mereka, Hayama itu adalah teman mereka. Tapi, yang lainnya hanyalah ‘teman dari teman mereka’.

  Yuigahama langsung bereaksi setelah aku mengatakannya.

  “Oh. Oooohhh. Aku paham sekarang. Memang akan terasa aneh jika orang yang membuat obrolan di grup mengalir tidak ada diantara mereka. Aku tidak tahu harus mengatakan apa, jadi aku memilih untuk bermain-main dengan HP-ku...” dia mengatakan itu seperti teringat akan sesuatu yang kurang menyenangkan.

  Yukinoshita lalu menatap ke arah Yuigahama.

  “Apakah memang seperti itu?”

  Dia membisikkan itu ke telinga Yuigahama, sambil memegangi lengannya. Yuigahama menyilangkan lengannya dan mengangguk untuk mengkonfirmasi itu.

  Begitulah Yukinoshita. Dia tidak punya teman, jadi dia tidak ada pengalaman dengan itu.

  Hayama hanya terdiam saja daritadi, seperti memikirkan dengan dalam kata-kataku tadi. Tapi ini memang diluar kuasa Hayama. Baginya, mereka bertiga adalah temannya. Tapi hubungan semacam itu tidak terjadi diantara mereka bertiga – mereka hanya basa-basi saja terhadap member yang lain.

  Menjadi teman dari seseorang itu seperti rela membungkuk ke belakang demi mereka. Jadi aku sendiri tidak menganggap kalau punya banyak teman adalah hal yang menyenangkan.

  Hayama seperti terjebak di rawa-rawa. Dia dikelilingi oleh teman-temannya, tapi di lain pihak, kau bisa mengatakan kalau dia terjebak di tengah-tengah mereka. Melarikan diri bukanlah sebuah opsi. Kalau dalam Dragon Quest, itu disebut “But Thou Must”.

  Tapi, aku tahu sebuah cara untuk keluar dari situasi itu.

  “Menganggap kalau kata-katamu itu benar adanya, Hikigaya-kun, itu hanya memperkuat motif mereka saja.”

  Yukinoshita lalu menaruh tangannya di dagu dan melanjutkan. “Mungkin tidak ada cara lain lagi untuk mengetahui siapa pelakunya diantara mereka bertiga. Situasi ini tidak bisa dikontrol kecuali pelakunya dikeluarkan. Kita butuh bukti-bukti lain untuk menguatkan siapa pelakunya...”

  Mengeluarkan orang dari sekolah, dia mengatakan itu dengan santai – Yukinoshita memang menakutkan. Apa dia sudah membuat drop-out si Sagawa-san dan Shimoda-san di masa lalu?

  Kalau dipikir-pikir, membuat orang dikeluarkan dari sekolah adalah hal yang buruk, jadi aku mengusulkan cara lain.

  “Nah, kurasa kita tidak perlu membuat si pelaku sampai keluar sekolah segala. Aku tahu sebuah cara yang lebih baik,” kataku.

  Yukinoshita memiringkan kepalanya dan menatapku dengan penuh tanda tanya.

  Memang benar kalau pelakunya layak dikeluarkan dari sekolah atas kejahatan seperti itu. Tapi akan selalu ada pilihan yang lebih baik. Misalnya dalam sebuah kasus pencurian permata, kejahatan tidak akan pernah terjadi jika permatanya tidak ada. Jadi kita tinggal meniadakan permatanya sehingga tidak akan ada yang bisa dicuri. Aku, dengan skill ninjaku, memilih jalan hidup sebagai pencuri bayangan daripada menjadi seorang detektif.

  “Hayama, kau bisa menyelesaikan kasus ini jika kau mau. Kau tidak perlu mencari pelakunya dan situasinya tidak akan memburuk lagi – dan jika sukses, mungkin mereka bisa berteman akrab setelah ini.”

  Entah wajahku terlihat seperti apa ketika aku mengatakannya. Aku sedang tersenyum, setidaknya begitu. Dan saking sempurnanya senyumku itu, Yuigahama terlihat ketakutan ketika melihat wajahku.

  Secara tidak sadar, aku mulai bersuara seperti Zaimokuza. Kalau seandainya iblis yang mengejar-ngejar manusia agar mau membuat perjanjian dengan mereka itu benar-benar ada di dunia ini, mungkin iblis itu akan terlihat seperti diriku saat ini.

  “Kau ingin tahu?” tanyaku.

  Hayama, manusia yang malang, domba yang tersesat, mendengarkan penawaran dari iblis dan mengangguk ketika mendengarnya.









x x x









  Esok hari setelah Hayama memutuskan untuk menerima tawaranku mengenai nasibnya itu.

  Di kelas, tertulis nama-nama siswa 2F di papan tulis. Setiap grup tertulis 3 nama, dan tiap grup itu menandakan grup untuk kegiatan Mengunjungi Tempat Kerja. Ketiga gadis yang duduk di sebelahku tertawa dan tersenyum satu sama lain sebelum mereka pergi menulis namanya di papan tulis, tentunya sebelum itu mereka sudah membuat janji bersama kalau mereka akan satu grup.

  Bagiku, aku tidak mencari siapapun dan hanya duduk disini menonton mereka seperti sedang tertidur. Beginilah caraku menangani kegiatan yang diharuskan untuk membentuk grup. Di momen seperti ini, sangat penting untuk tidak bergerak sedikitpun. Kata-kata terakhir Takeda Shingen juga mengatakan hal yang serupa: “Jangan bergerak seperti sebuah gunung”. Dia memang benar sekali. “Cepat seperti angin, senyap seperti hutan, membosankan seperti api, tidak bergerak seperti gunung”. Itu benar-benar menggambarkan diriku. Aku sedang menunggu angin keberuntungan untuk berhembus dan membuat Wali Kelasku berkata, “Ya, ya, Ibu tahu kalian semua membenci Hikigaya-kun, tapi tidak bagus jika kalian meninggalkannya! Itu tidak baik!”.

  (...Itu yang dikatakan wali kelasku di kelas 4 SD. Aku tidak akan pernah memaafkan si nenek tua Isehara.)

  Ngomong-ngomong, seperti istilah “Hal-hal baik akan mendatangi mereka yang mau bersabar”, yang dilakukan seorang penyendiri hanyalah menunggu dan setengah tertidur hingga ada teman sekelas yang tidak bisa menemukan orang ketiga di grupnya dan memanggil namamu. Dan begitulah grup yang menyenangkan milik kami terbentuk!

  ...Persetan dengan semua itu, aku tidur sajalah.

  Aku menggunakan salah satu dari 108 skillku – pura-pura tidur. Kebetulan juga, salah satu skillku yang lain adalah “Menjadi protagonis ketika berada di cerita yang panjang”. Kurasa aku sekarang mirip Giant.

  Ketika aku mulai tertidur, seseorang menggoyang-goyankan bahuku. Aku bisa merasakan kelembutan dari tangan tersebut, bahkan seperti menembus pakaianku. Ketika sebuah suara memanggil nama “Hachiman”, seperti sebuah lagu dari surga bagiku. Seperti baru dibangunkan oleh surga, akupun membuka mataku.

  “Pagi, Hachiman.”

  “...Apakah kamu malaikat? Oh, ternyata Totsuka.”

  Whoa, aku tidak sadar mengatakannya! Saking manisnya sehingga aku melihatnya sebagai malaikat. Sambil tertawa, Totsuka duduk di kursi kosong sebelahku yang sudah ditinggalkan oleh para gadis tersebut.

  “Ada apa?” tanyaku.

  Totsuka memegangi lengan baju olahraganya dan menatapku.

  “So-Soal grup kunjungan kerja...” dia mengatakan itu dengan ragu-ragu.

  “Hmm? Oh, ya. Semoga grupmu menyenangkan.”

  Mau bagaimana lagi, Totsuka sudah punya grup sendiri. Sayang sekali.

  Sambil melemaskan tubuhku, akupun melihat sekelilingku. Mayoritas siswa sudah punya grup, tampaknya ini momen bagi penyendiri untuk muncul. Aku harus bergabung dengan penyendiri lainnya dan membuat grup. Meski terdengar enak, sebenarnya satu grup dengan penyendiri sangat merepotkan, dan jika aku telat sedikit, aku akan bergabung dengan grup yang terdiri dari dua orang yang sudah berteman dengan akrab. Itu artinya orang yang tertulis di papan sebagai orang ketiga di grup adalah seorang pecundang.

  Di saat yang bersamaan, ada sebuah grup yang ditulis di papan. Nama ketiga orang itu mengingatkanku sesuatu.

  “Tobe, pria pirang yang goblok.”

  “Yamato, orang bodoh yang plin-plan.”

  “Ooka, perjaka oportunis.”

  Kurasa ini adalah susunan Three Musketeer yang baru! Aku ternyata menjadi saksi dari sebuah sejarah baru!

  Ngomong-ngomong, karakter favoritku adalah Ooka si perjaka oportunis. Dia menulis namanya sendiri dan melihat wajah temannya, dia lalu tertawa. Aku tidak melihat nama Hayama tertulis di grup manapun yang ada di papan tulis.

  Sambil melihat ketiganya, aku mendengar sebuah suara.

  “Boleh aku duduk disini?”

  Tanpa menunggu jawabanku, dia duduk di sebelah Totsuka. Melihat ada orang yang tidak terduga duduk di sebelahnya, Totsuka melihatku dengan penasaran dan menggumam.

  “Er, uhh...” 

  Manisnya...

  “Terima kasih ya, kami akhirnya bisa menyelesaikan ini dengan damai. Terima kasih ya bro.”

  Orang yang baru duduk itu tersenyum dengan ceria. Dia adalah Hayama Hayato.

  “Aku tidak melakukan apapun,” akupun memaksa.

   Kenapa sih orang ini berbicara kepadaku seperti sudah kenal lama diriku? Apa dia nice guy? Benar-benar nice guy?

  “Kurasa aku harus berterima kasih kepada dirimu. Jika kau tidak mengatakan itu, mungkin mereka bertiga masih berkelahi sampai saat ini.”

  Begitulah kata Hayama, tapi aku tidak melakukan satupun hal yang bagus. Bahkan, aku ini mulai menyeret Hayama menuju jalan seorang penyendiri.

  Alasan mereka bertiga berkelahi karena mereka ingin bersama Hayama. Jadi aku tinggal mengambil akar masalahnya dan voila!

  Sebenarnya, jawabannya adalah memisahkan Hayama Hayato dari teman-temannya. Seorang penyendiri itu seperti sebuah negara yang netral. Jika kau tidak sendirian, masalah akan datang padamu meski kau tidak melakukan apa-apa. Jika dunia ini diisi oleh penyendiri semua, maka tidak akan pernah ada perang atau diskriminasi. Hei, aku pantas mendapatkan Nobel Perdamaian karena itu!

  “Aku selalu berharap kalau semua orang bisa akrab, tapi sekarang aku sadar kalau aku ternyata bisa menyebabkan sebuah konflik...”

  Hayama menggumamkan itu, dan ini pertamakalinya aku melihatnya seperti seseorang yang kesepian.

  Aku tidak tahu harus menjawab apa, akupun hanya diam saja. Hayama pergi ke Klub Relawan untuk mencari solusi atas teman dan grupnya, dan solusi yang kuberikan padanya adalah solusi yang kasar dan pahit.

  Meski dia sudah berusaha keras untuk berbicara denganku dan mengingat nama Zaimokuza...

  Meski dia adalah nice guy...

  Meski dia hidup di komunitas sekolah yang lebih gemerlap daripada siswa yang lain...

  ...Hayama Hayato mengatakan tidak menyukai dirinya yang itu dan dia mengatakan hal-hal semacam itu.

  “Mereka bertiga terkejut ketika kukatakan kalau aku tidak ingin satu grup dengan mereka. Kupikir itu akan sangat bagus karena bisa memotivasi mereka agar mereka bertiga bisa benar-benar menjadi teman yang akrab.”

  “...Yeah, kurasa begitu.”

  Jujur saja, kurasa orang bisa berbsikap sebaik dirinya itu pastinya karena sedang mengidap sebuah penyakit. Akupun meresponnya dengan santai sambil bersandar ke belakang.

  “Terima kasih ya. Oh, tahu tidak, aku belum memutuskan grup kegiatan ke tempat kerja itu, bagaimana kalau kau dan diriku membentuk sebuah grup?”

  Hayama tersenyum sambil menjulurkan tangan kanannya ke arahku.

  ...Huh? Jabat tangan? Ada apa dengan sikap riajuu yang ramah ini kepadaku? Ya ampun, jangan mempermainkanku. Apa dia ini semacam orang Amerika atau sejenisnya?

  “O-Oke, bro.” Karena itu, aku secara tidak sengaja menjawabnya ala American Yankee.

  Akupun menepuk tangannya, Hayama berkata “Ouch!” dan tersenyum kepadaku. Sekarang dia menjadi penyendiri sepertiku, kita mungkin bisa memahami satu sama lain dengan lebih baik ke depannya.

  Sekarang, tinggal mencari satu orang lagi dan grup kita selesai.

  Tiba-tiba, ada makhluk manis sedang menggerutu di sebelahku.

  “...Totsuka, ada apa?” akupun melihatnya.

  Wajah Totsuka yang kesal memang sangat manis.

  “Hachiman...Bagaimana denganku?”

  “Er, uh, huh?” akupun mengedipkan mataku. “Kupikir kau sudah punya grup?”

  “Aku memang sudah punya!”

  Totsuka menarik-narik lengan blazerku. “Ya grupku itu sejak awal bersama dirimu, Hachiman.”

  “Jadi begitu ya maksudmu tempo hari ‘sudah memutuskan’...”

  Apa ini semacam trik? Tapi tahulah, penyendiri itu punya kemampuan untuk membaca bermacam-macam makna dari tiap kata-kata, jadi aku tidak pernah sadar kalau aku adalah orang yang dia maksud ‘sudah diputuskan’ itu. Ketika aku melihat Totsuka yang wajahnya memerah dan kesal, akupun melunak. Ketika aku tertawa, Totsuka mulai tersenyum.

  Hayama, yang melihat kami berdua, berdiri dan menoleh ke arah kami berdua dari balik bahunya.

  “Oke, kalau begitu aku pergi dulu untuk menulis nama kita bertiga ya. Kalian ingin grup kita pergi kemana?”

  “Terserah kau saja,” kataku, dan Totsuka juga mengangguk.

  Jadi Hayama mulai menulis nama kami di papan tulis:

  Hayama.

  Totsuka.

  Hikigaya.

  Oh, jadi dia menulis namaku dengan benar. Itu membuatku senang, kurasa begitu. Mungkinkah dia ini temanku?

  Hayama lalu menulis “Tempat kerja yang ingin kami kunjungi...”. Dan kemudian...

  “Oh, ooooh,” ada seorang gadis menyadari itu dan menghapus tulisan di grupnya. “Aku ingin ke tempat yang sama dengan Hayato juga!”

  “Ya ampun, Hayama-kun pergi kesana?” ada gadis lain menyahut. “Oh, aku akan mengubah tujuan grupku juga!”

  “Aku juga deh!” dan lainnya menyahut juga.

  “Hayato memang sesuatu! Dia super Hayato!”

  Teman-teman sekelasku mulai menghujani Hayama seketika. Kemudian, mereka mulai ramai sendiri, lalu mereka mengubah tujuan grup mereka agar sama seperti Hayama. Tidak lama kemudian, namaku seperti hilang ditumpuk bermacam-macam nama disana. Sekali lagi, eksistensiku sepertinya tidak dihiraukan oleh mereka.

  Beginilah, karena itulah aku menjadi ninja. Aku harunys pergi ke Iga atau Kuga sebagai tujuan Kunjungan Kerja kali ini. Dengan begitu, aku bisa bergerak tanpa diketahui orang lain, tuan dan nyonya sekalian.

  Tanpa perlu kukatakan lebih jauh, pertemanan juga merupakan sesuatu yang bisa pergi tanpa disadari oleh orang kapanpun dan dimanapun.








x Chapter III | END x






  Mari kita kembali ke vol 1 chapter 3, disana Yui mengatakan kalau menyukai orang karena kenal selama 2 minggu adalah proses yang terlalu cepat. Di chapter ini, Yui mengakui ke Ebina dan Miura kalau dia sudah punya orang yang disukai. Di vol 1 chapter 3, timeline ada di bulan April, sedang chapter ini awal Mei. Artinya, selisih waktunya sekitar 2-3 minggu.

  Menggunakan kata-kata Yui sebagai pembanding, itu artinya orang yang disukai Yui di vol 1 chapter 3 adalah orang yang sama ketika Yui mengatakan itu ke Miura dan Ebina di chapter ini.

  ...

  Ironisnya, di volume 7 Hayama sendiri yang mengkhianati persahabatan grupnya.

  

2 komentar:

  1. Banyak referensi anime lain disini, kayak alat setrumnya conan, terus phantom thief - kaito kid. Terus protagonis di cerita panjang - si jayen. Si jayen kalo di movie langsung baik benget beda kalo di serial

    BalasHapus