Sabtu, 27 Agustus 2016

[ TRANSLATE ] Oregairu Vol 6.5 Chapter 12 : Dengan begitu, festival mereka tidak akan berakhir -6

x x x




  Setelah bel pertanda pertandingan dimulai, kedua tim mulai bergerak. Teriakan dari para penonton bercampur dengan teriakan para peserta d lapangan. Suasananya terasa meriah sekali. 

  Ebina, yang menjadi komentator, juga diselimuti oleh antusiasme yang tinggi.

  "MEREKA MULAI MENYERBU! PARA PRIA SALING BERGUMUL DENGAN PRIA LAINNYA! MENYERANG DAN BERTAHAN! MEREKA BERUSAHA MEMELUK TUBUH MUSUHNYA! SAAT INI, TIM PUTIH MULAI MELAKUKAN SERANGAN!"

  Gaya pembawaan komentarnya terdengar mengganggu bagi siapapun yang mendengarkannya dengan serius. Seperti dugaanku, semangat juang tim putih terlihat lebih baik dari timku. Itu karena mereka memiliki Hayama sebagai kapten tim mereka, dan tim mereka tampak memiliki member-member yang lebih atletis. Mereka mengkonsentrasikan serangannya, mencari celah untuk menyerang. Sebaliknya, tim merah tidak punya satupun taktik disini, terlihat seperti kumpulan manusia kebingungan yang dihajar sana-sini hingga terpojok.

  Totsuka dan yang lainnya sedang berada di dekat tiang tim dan melindunginya. Tim putih tampak mulai memenuhi markas tim kami.

  "Ah, uhhh."

  Totsuka mulai memasang pose tiarap ketika melihat pembantaian ini (sangat manis sekali). Jika mereka berhasil melewati Totsuka, maka tidak akan ada lagi yang mempertahankan tiang tim merah. Seluruh member tim merah kemudian datang dan memberikan bantuan.

  Totsuka tampaknya berhasil lolos dan mengalahkan beberapa member tim putih yang berusaha menangkapnya. Meski begitu, lini pertahanan kami sudah mengalami kerusakan.

  Melihat hal itu, Totsuka bergegas datang untuk membantu.

  "Ma-Maaf ya!"

  "Tidak masalah! Demi kapten kami, ini tidak ada apa-apanya!"

  Mendengar hal itu, Totsuka tersenyum dan tersipu malu.

  "Terima kasih..."

  "...Mmm."

  Ekspresi wajah dari member pertahanan tim merah seperti orang mati saja, mereka langsung roboh secara tiba-tiba setelah melihat langsung senyum manis Totsuka.

  "Tim merah seperti sekumpulan orang-orang idiot saja."

  Meski aku tidak bisa melihat jelas apa yang terjadi disana, kupikir tidak masalah jika kuserahkan masalah pertahanan kepada Totsuka dan mereka. Secara perlahan, aku berjalan ke depan. Ketika aku sudah mencapai tengah lapangan, suara ringkihan terdengar dari tengah kerumunan musuh.

  "Uwaaaaaaa!"

  Ketika kulihat lebih jauh, aku melihat Zaimokuza yang dipenuhi oleh debu dan pasir. Sambil tertatih-tatih, dia terus berusaha untuk maju ke depan, seperti sedang menyambut kematiannya dengan gaya yang berlebihan.

  "U-Uwaa! Bahkan jika aku, Zaimokuza, tewas disni, kemenangan kita tidak akan tewas! Aku tdak memiliki satupun hal yang kusesali dalam hidup ini...A-Aku ini orang yang merdeka..."

  Gayanya yang berlebihan itu pula yang membuat tim putih ragu untuk mendekatinya. Tubuhnya dibalut debu dan pasir. Rambutnya juga berantakan. Terus-terusan menggerutu dan meneriakkan kata-kata yang aneh, dia terus maju ke depan, tertatih-tatih.

  Orang ini benar-benar merepotkan, seperti biasanya...Tapi, gara-gara dia yang berhasil menarik perhatian banyak orang, aku bisa melakukan apa yang harus kulakukan.

  Teriakan kematian Zaimokuza terus terdengar dari kejauhan. Tim merah sendiri masih berusaha bertahan dari serangan tim putih.

  Yang ingin kukatakan, tdak ada satupun orang di tim putih yang menyadari diriku.

  Aku ini dikenal sebagai orang yang tidak menarik perhatian orang lain.

  Sebuah keahlian yang kuperoleh setelah bertahun-tahun menjadi penyendiri. Stealth Hikki!

  Kuambil perban dari kantongku, dan secara cepat kuikatkan di kepalaku. Dengan begitu, aku terlihat seperti salah seorang member tim putih. Sambil membaur dengan member tim putih, aku terus berjalan menuju pertahanan musuh. Mungkin lebih tepat dikatakan kalau aku hanya berjalan santai menuju garis pertahanan mereka.

  Saat ini, Zaimokuza terus berteriak keras, dan semua orang melihat ke arahnya. Jika begini terus, maka sebentar lagi aku akan sampai di tiang musuh. Yang harus kulakukan hanyalah mengendap-endap dan menjatuhkannya. Kutegakkan kepalaku dan tepat ketika aku sedang mengkalkulasikan taktik psikologis yang dimiliki oleh tim bertahan musuh, aku mendengar seseorang yang memanggilku.

  "Halo yang disana, aku sudah tahu kalau kau akan datang kesini."

  "Hayama..."

  Hayama Hayato memasang senyumnya yang khas. Aku tidak punya pilihan lain, kecuali memasang senyum yang menyedihkan di wajahku untuk membalasnya. Dengan cepat, aku langsung dikelilingi oleh Hayama dan beberapa member tim putih. Hayama menggunakan jarinya untuk menunjuk ke arah ikat kepalanya sendiri dan bertanya kepadaku.

  "Perban di kepalamu itu. Apa kepalamu terluka?"

  "Well, orang-orang memang sering mengatakan kepadaku kalau ada sesuatu yang salah di kepalaku ini..."

  Caranya berbicara kepadaku ini seperti berusaha bersikap tenang dalam menghadapi candaan jahil teman-temannya...Entah mengapa, ini membuatku tidak nyaman. Dengan perlahan, aku buka perbanku. Kemudian, Hayama menatap ke arah Zaimokuza. Dia masih saja berteriak-teriak seperti sedang berdarah-darah dan sekarat sejadi-jadinya.

  "Zaimokuza-kun? Kuakui, rencanamu cukup bagus dengan menggunakan dirinya sebagai penarik perhatian...Tapi."

  Senyum Hayama tiba-tiba menghilang dan menggantinya dengan ekspresi yang lebih serius.

  "Mustahil aku melepaskan perhatianku darimu."

  "Kau terlalu menyanjung tinggi diriku...Aku ini bukanlah orang yang punya peranan penting."

  Ketika menjawabnya, aku memperhatikan sekelilingku. Hayama dan yang lainnya mulai mendekatiku, secara perlahan.

  Kuamati sekitarku, tampaknya mustahil aku bisa lolos dari sini, Hayama seperti memberikan kata-kata terakhirnya setelah menyadari apa yang sedang kupikirkan.

  "Jangan berpikir untuk bisa melakukan hal-hal yang bodoh. Kami disini melawan permainan level tinggimu itu dengan kerjasama tim."

  "Yang kau katakan itu hanyalah sebuah tirani yang memanfaatkan jumlah orang saja."

  "Jangan membuatnya terdengar buruk. Yang kulakukan hanyalah menggunakan keunggulan jumlah untuk menang."

  Hayama lalu tersenyum kecil. Emosinya tampak terkontrol, karena bisa tersenyum dalam situasi seperti ini. Orang ini memiliki selera humor yang aneh dan tidak menyenangkan. Meski begitu, ini bukanlah momen yang tepat untuk menganalisa karakter Hayama. Aku lalu menegakkan kepalaku. Hayama tampak memandangiku dengan penuh tanda tanya, dan dia mulai bertanya kepadaku.

  "Menyerah?"

  Well, itu memang kesimpulan yang wajar jika melihat situasiku saat ini. Tapi, itu sangat jauh dari kebenarannya.

  "Tidak...Zaimokuza!"

  Kukibaskan tanganku dan kuarahkan ke tiang tim putih.

  "Oh!"

  Mendengarkan teriakanku, Zaimokuza, yang sedari tadi terlihat merangkak dan tertatih-tatih, berpura-pura kesakitan, tiba-tiba berdiri dan berlari kencang ke arah tiang tim putih.

  "Kalau kau berencana memenangkan pertandingan ini dengan keunggulan jumlah, maka aku berencana memenangkan ini dengan keunggulan berat."

  Seketika, aku memasang senyum yang licik ke arah tim putih, yang tampaknya tidak begitu mengerti apa yang sedang terjadi. Tapi tidak lama kemudian, Hayama yang terkejut itu langsung memberikan instruksi.

  "Sial! Ini pengalih perhatian dari pengalih perhatian yang sebelumnya! Semuanya, tolong bantu pertahanan!"

  Mendengarkan perintah Hayama, Tobe, Yamato, dan Ooka langsung merespon dengan berlari dan blok jalan Zaimokuza.

  "Kau tidak boleh lewat!"

  "Jangan coba-coba!"

  "Kami akan menangkapmu!"

  Ketiganya saling merangkul lengan masing-masing dan block rute dari Zaimokuza. Meski begitu, Zaimokuza tidak sedikitpun menunjukkan rasa takutnya dan terus berlari ke depan.

  "Hohohohoho! Persetan dengan itu!"

  Berlari kencang dengan berat badan seperti itu, membuatnya terlihat seperti sebuah kekuatan yang tidak bisa dianggap remeh. Zaimokuza menabrak mereka bertiga dan terus menyeret mereka hingga mendekati tiang tim putih.

  Zaimokuza menabrak tiang itu dan membuatnya bergoyang. Para penonton tampak sedang menahan napasnya ketika melihat kejadian itu. Tidak ada satupun suara yang terdengar. Semua orang hanya bisa membuka matanya lebar-lebar dan menyaksikan tiang tim putih yang mulai kehilangan keseimbangan.

  Lalu, brak!

  Seketika, tiangnya roboh, dan para penonton bertepuk tangan melihat hal itu. Dalam hiruk-pikuk tepuk tangan ini, Zaimokuza berteriak sekencang-kencangnya, jauh lebih keras dari siapapun di tempat ini.







x Chapter XII Part 6 | END x






  Sebenarnya, kita semua tahu mengapa Hayama terus memperhatikan Hachiman. Karena Hachiman adalah rivalnya dalam mendapatkan Yukino...

  

  

1 komentar:

  1. Hayama terus memperhatikan Hachiman karena Hachiman adalah rivalnya dalam mendapatkan Yukino?
    Jangan membuat Ebina-san kecewa, bung.

    BalasHapus