Minggu, 20 November 2016

[ TRANSLATE ] Biblia Vol 2 Chapter 2 : Fukuda, Sadaichi. Kumpulan kalimat-kalimat bijaksana tentang seorang karyawan. June Paperback -5







  Meski Shinokawa hampir mengetahui "sesuatu yang penting dan terlewatkan" itu, dia memutuskan untuk menyelesaikan pekerjaannya terlebih dahulu. Buku-buku yang ada di ruangan ini langsung dipisah-pisah menurut kategorinya, buku-buku yang harus dievaluasi secara satu-persatu, dia nilai lalu dia tempelkan sebuah stiker harga di sampulnya. Sedang buka-buku yang tidak bisa dinilai, dikumpulkan dan ditaruh di kotak kardus yang berbeda. Akhirnya, dia menyelesaikan pekerjaan itu. Kurasa ini tidak sampai satu jam sejak dia pertamakali mulai mengerjakannya. Kecepatannya dalam bekerja memang sangat mengesankan. Meski begitu, dia sendiri tampak kecewa setelah menyelesaikannya.

  "Kurasa pekerjaan ini jauh lebih berat dari yang kuduga."

  Karena program Membeli Langsung Ke Rumah akan membuat kami harus mengunjungi banyak sekali rumah pelanggan, maka mampu menyelesaikan pekerjaan dengan cepat dan akurat adalah hal yang penting.

  Shinokawa lalu memanggil Akiho dan memberikan catatan penilaian buku-buku di perpustakaan ini kepadanya. Kurasa harga-harga buku yang dia tulis disana benar-benar harga terbaik, meski kondisi bukunya sendiri memang tidak dalam keadaan yang baik.

  Tapi, jika buku yang konon katanya berharga ratusan ribu Yen ada dalam kategori yang kurang baik, kurasa itu bisa menjadi pekerjaan yang berat untuk menilai harga yang tepat.

  Shinokawa secara perlahan menjelaskan harga-harga buku tersebut. Dia sebenarnya tidak punya skill yang bagus dalam berbicara, tapi dia tampaknya sudah terbiasa untuk memberikan penjelasan yang mudah. Akiho-pun mengangguk dan mendengarkannya hingga selesai.

  "Jadi, apa yang harus kulakukan dengan buku-buku yang tidak bisa dinilai ini?"

  Akiho mengatakan itu dengan ekspresi yang kebingungan sambil menerima uang pembayaran buku-buku tersebut. Masih ada sebuah kardus besar yang berisi buku-buku yang tidak bisa dinilai. Tumpukan teratas kardus tersebut, ada sebuah majalah yang berjudul "Percepatan Ekonomi Jepang Akan Terus Berlanjut Hingga Abad 21", dan diikuti oleh beberapa tulisan tentang dunia bisnis. Tulisan semacam itu jelas-jelas tidak berguna pada saat ini.

  "Apa ayahmu meninggalkan instruksi tentang buku-buku yang tidak bisa dinilai ini?"

  "Hmm, apa ya...Kalau tidak salah, dia pernah bilang seperti ini: Buku-buku yang tidak bisa dibeli oleh Toko Buku Antik Biblia, sebaiknya dibuang saja. Kalau dipikir-pikir lagi...Artinya tugasku yang tersisa tinggal membuang ini saja, benar tidak? Sampah-sampah yang bisa didaur ulang hanya bisa diambil besok...Tapi ah sudahlah, aku ada mobil untuk itu."

  "Bukankah lebih mudah biarkan buku-buku itu bermalam disini dan tinggal buang saja besok?"

  "Melihat situasi yang berkembang, aku tidak berencana untuk bermalam disini. Ada orang lain yang tidak ingin kutemui dan dia lebih parah dari Mitsuyo, jadi kubawa sekalian dan kubuang waktu berangkat kerja besok."

  "Kenapa tidak meminta bantuan kakakmu untuk membuangkan buku-buku ini?"

  "Aku tidak bisa melakukannya." Akiho menggelengkan kepalanya.

  "Aturan di rumah ini, sekali ayah menyuruhmu untuk mengerjakan sesuatu, maka itu akan menjadi tanggung jawabmu hingga selesai."

  "Begitu ya..."

  Awalnya, kupikir alasan mengapa dia tidak meminta bantuan kakak-kakaknya bukanlah karena sebuah aturan, tapi karena Akiho sendiri tidak mau melakukannya. Mungkin ada benarnya, kalau ini adalah wasiat dari mendiang ayahnya yang harus dia lakukan.

  "Kenapa kau tidak membawa buku-buku ini ke toko buku yang cukup besar dan biarkan mereka melihat buku-buku ini?" tanya Shinokawa.

  "Karena cara menilai buku tiap orang berbeda-beda, bisa saja ada buku yang tidak bisa dinilai disini ternyata bisa dinilai, jadi kau bisa mendapatkan uang ekstra dari itu. Lagipula, meski mereka tidak berminat untuk membeli buku-buku itu, kau bisa memberikannya kepada mereka dengan gratis."

  Ruangan ini tiba-tiba mendadak sunyi. Mitsuyo sendiri tiba-tiba menghentikan alunan pianonya tanpa kita sadari. Dia pasti kelelahan bermain piano. Tapi, ini tidak ada hubungannya dengan apa yang terjadi di ruangan ini.

  "Baiklah, aku akan melakukan itu."


  .....


  Shinokawa dan diriku sedang sibuk mengikat tumpukan buku-buku tersebut. Untuk membuatnya tampak rapi, kami mengikat tiap tumpukan dengan seutas tali vinyl. Punggung buku disusun menghadap ke satu arah.

  Aku mempelajari ini semenjak aku mulai bekerja di Toko Biblia, tapi ketika mengantarkan buku-buku tua, akan lebih baik jika menyusun dan mengikatnya daripada dimasukkan dalam kotak kardus. Kalau kau taruh di dalam kotak kardus, kau nantinya harus membuka kotak kardus itu satu persatu untuk mencari judul bukunya. Tapi jika kau hanya mengikatnya, kau tinggal melihat ke arah punggung bukunya dengan mudah.

  Hanya buku-buku ukuran besar yang diikat dengan ikatan dua tali yang bersilangan; sedang buku-buku ukuran tankoubon biasanya tidak perlu dibuat ikatan yang bersilangan. Ada sebuah trik tentang bagaimana mengikat buku-buku yang menggunakan ikatan tunggal. Kalau kau mengikatnya terlalu longgar, ikatannya akan mudah lepas. Tapi kalau kau mengikatnya terlalu kencang, akan meninggalkan bekas di kedua sisi buku dimana terdapat tali yang mengikatnya.

  "Buku ini cukup mahal, jadi tolong selipkan potongan kertas diantara tali dan buku itu agar bukunya tidak rusak," kata Shinokawa.

  Shinokawa mengatakannya sambil memasang ekspresi yang serius dan terus melanjutkan pekerjaannya. Cukup aneh melihatnya dalam mode serius seperti itu. Biasanya, dia akan tenggelam dalam misteri-misteri yang ada di dalam buku-buku tersebut. Sambil mencari-cari sesuatu yang bisa kugunakan sebagai kertas yang dia maksudkan tadi, kedua mataku melihat ke arah tumpukan pamflet yang kami gunakan sebagai catatan. Ketika kuambil beberapa pamflet tersebut dan mengikatnya bersama buku-buku tersebut, Akiho masuk ke dalam Perpustakaan.

  Dia memakai mantel berwarna hijau daun dan sebuah topi rajut. Sepertinya, dia sudah selesai memberikan pembayaran buku-buku ini ke kakaknya, Mitsuyo, dan dia sedang bersiap-siap untuk pergi.

  "Maaf ya, saya pergi dulu."

  "Ah, baiklah."

  Shinokawa yang sedari tadi duduk di tangga kayu tiba-tiba berdiri dan menundukkan kepalanya. Secara spontan, akupun melakukan hal yang sama.

  "Terima kasih sudah berbaik hati memberikan kami kesempatan untuk membeli buku-buku yang sangat berharga ini."

  "Oh jangan, jangan begitu, sebenarnya akulah yang harus berterima kasih. Kalau begitu, aku pergi dulu dan membawa buku-buku yang tidak bisa dinilai ini."

  Sambil mengatakan itu dengan nada yang ceria, dia mengambil kardus tersebut. Dugaanku, dia akan membawa buku-buku itu ke Toko Buku Bekas yang tidak jauh dari sini.

  "Kau akan ke Toko Buku yang mana?"

  "Kalau tidak salah, ada Toko di Tebiro, kurasa aku akan kesana."

  Kalau dipikir-pikir, aku memang ingat pernah melihat sebuah papan nama dari franchise Toko Buku di dekat perempatan Tebiro.

  "Yakin kuat membawa kotak kardus itu ke mobil?"

  "Tidak masalah, aku baik-baik saja. Aku sudah terbiasa bekerja kasar."

  Sambil mengatakannya, dia dengan mudah mengangkat kardus yang berisi buku-buku tersebut.

  "Dan Daisuke, lain kali kalau kau dan Sawamoto minum-minum lagi, tolong undang aku juga ya."

  "Baiklah..."

  Aku merasa kalau aku harusnya mengatakan sesuatu kepadanya, tapi entah apa itu, kemungkinan itu bukanlah sesuatu yang Akiho ingin dengar.

  "Hati-hati di jalan."

  "Terima kasih. Bu Pemilik Toko...Saya permisi dulu ya."

  "Umm...Kousaka-san."

  Shinokawa memanggilnya. Akiho yang sudah berada di luar pintu, membalikkan badannya.

  "Apa Shiba Ryoutarou adalah pengarang favorit dari Ayahmu?"

  "Yeah, benar." Akiho tersenyum.

  "Dia sering bilang kalau buku-bukunya itu semacam jimat bagi bisnisnya. Dia biasanya membaca buku jika sedang gelisah karena masalah pekerjaan. Yeah, kurasa orang-orang pro di luar sana pernah merasakan hal-hal yang serupa."

  Setelah itu, Akiho pergi, suara langkah kakinya mulai menghilang dari kejauhan. Kututup pintu perpustakaan ini dan menatap ke arah pro yang sebenarnya.

  "Kau tahu dari mana?"

  Shinokawa kembali duduk di tangga kayu, dan mengambil dua buku dari tumpukan buku-buku lama sambil menunjukkannya kepadaku.

  Satu buku berjudul Swine and Roses dan satunya adalah On the Highways. Kedua buku itu ditulis oleh Shiba Ryoutarou.

  "Shiba Ryoutarou hanya menulis kisah-kisah modern dan kumpulan essay...Jadi kupikir ayah Akiho ini sebenarnya memang benar-benar menyukainya."

  Dia lalu menaruh dua buku itu kembali dan melanjutkan pekerjaannya mengikat tumpukan buku-buku tersebut. Dia mungkin bertanya mengenai Shiba Ryoutarou karena diduga ada hubungannya dengan misteri mengapa ayahnya memilih toko buku kami.

  Tepat ketika aku mulai melanjutkan pekerjaanku.

  "...Mungkinkah, mereka berdua itu berasal dari kota yang sama?" Shinokawa menggumamkan itu.

  "Hmm? Apa maksudmu?"

  "Ayah Kousaka dan Shiba Ryoutarou. Kalau benar mereka berasal dari kota yang sama, maka wajar saja jika dia mengagumi pengarang tersebut."

  Tampaknya, ini akan menjadi diskusi yang panjang. Kuputuskan untuk menghentikan dulu pekerjaanku.

  "Memangnya, Shiba Ryoutarou berasal dari Kyoto?"

  "Ya. Dia dipromosikan sebagai Wakil Direktur dari Sankei Shimbun di kantor pusat Osaka ketika dia memulai debutnya. Pada tahun 1956, Penyihir dari Persia, sebuah novel yang dia tulis dalam dua malam, dipilih sebagai pemenang penghargaan, kalau tidak salah..."

  Pembicaraan kami kemudian mendadak sunyi tepat ketika membahas bagian paling pentingnya. Dia lalu menaruh jarinya di kening, seperti sedang mencari-cari sebuah info dari masa lalu.

  "...Pasti ada sesuatu yang terlewatkan olehku. Maaf ya, kita lanjutkan diskusi tadi lain kali."

  "Oh Ok."

  Lagipula, kita ini kesini untuk bekerja. Jadi ini bukanlah waktu yang tepat untuk membicarakan buku.

  Shinokawa dan diriku melanjutkan pekerjaan kami. Tidak lama kemudian, kami memutuskan untuk membagi tugas. Shinokawa mengikat buku-buku itu dan aku yang membawanya ke van.

  Setelah beberapa kali bolak-balik, tumpukan buku-buku yang ada di perpustakaan secara perlahan mulai menghilang dari perpustakaan.

  Terjadilah hal yang aneh 20 menit kemudian. Ketika aku mengangkat tumpukan buku yang berisikan koleksi lengkap Cerita Ninja karya Yamada Fuutarou, aku melihat sebuah kertas kecil di lantai.

  Mungkin, itu adalah salah satu kertas pamflet yang Akiho bawa. Mungkin tidak sengaja jatuh ke lantai. Di pamflet itu, ada text yang terlihat agak buram tertulis disana.



  "Aku sedang mencari...Jembatan Ivy di Kiso."



  Akupun menelan air liurku sendiri. Aku pernah melihat ini sebelumnya   ini adalah permintaan dari pelanggan yang dikirimkan lewat fax bulan lalu. Sederhananya, seseorang sedang mencari koleksi lengkap dari karya Kunieda Shirous yang berjudul Jembatan Ivy di Kiso.

  "Coba lihat ini."

  Kuambil kertas tersebut dan menyerahkannya ke Shinokawa. Dia juga langsung mengerti dengan apa yang kumaksud.

  "Apa orang yang mencari buku ini mengatakannya dengan logat Kansai?"

  Aku mengangguk, tidak salah lagi. Orang yang mengirimkan fax ini waktu itu adalah ayah Akiho.

  Dia tahu Toko Buku Biblia dari Akiho, dan pasti mencari tahu nomor kami lewat buku telepon. Setelah itu, dia menggunakan sisa kertas fax yang tidak dipakai itu sebagai kertas corat-coret.

  "Meski begitu, ini sangat aneh. Kenapa dia membuat wasiat kalau kita yang akan membeli buku-bukunya?"

  Waktu itu, aku sendiri tidak tahu judul buku yang hendak dia cari. Dia tertawa kepadaku dan menyebutku amatir. Kenapa dia mempercayakan perpustakaannya yang sangat berharga ke seorang amatir sepertiku?

  "Jangankan kau, akupun heran dengan itu, tapi..."

  Shinokawa menunjukkan kepadaku kumpulan buku-buku yang sedang dia pegang.

  "Sepertinya, dia punya beberapa koleksi novel romance juga."

  Tumpukan buku itu berisi beberapa buku yang ditulis oleh Kunieda Shirou. Melihat kondisi buku itu yang berdebu, jelas kalau buku-buku itu dibeli dalam waktu yang cukup lama di masa lalu.

  Juga, ada buku yang berjudul Iblis dari Yatsugatake dan Shinshu Kokechi Jo, dimana itu adalah judul-judul yang tidak aku mengerti. Di sebelahnya lagi, ada koleksi lengkap dari karya Kunieda Shirou, Jembatan Ivy di Kiso. Mirip dengan koleksi yang kita miliki di toko.

  "Huh?"

  Aku malah bertambah bingung. Bukankah ini artinya dia mengirimkan request dimana dia sendiri sudah memiliki bukunya? Apa maksud dari tindakannya itu?

  "Ah!"

  Shinokawa tiba-tiba mengatakan itu dengan nada tinggi, tiba-tiba dia langsung berjalan ke arahku.

  "A-Ada apa?"

  "Apa kau tahu nomor telepon Kousaka-san? Kalau tidak, kita harus segera bertemu dengannya...!!"

  Dia menggeser tangga kayu itu dan menyeret kakinya untuk mendekati diriku. Sepertinya, sedang terjadi sesuatu yang cukup besar.

  "Nomor HP Akiho? Yeah, harusnya..."

  Aku baru ingat sesuatu setelah mengambil HP-ku dari kantong.

  "...Aduh, aku tidak punya nomor HP-nya."

  Ketika kita bertemu di bar, dia hanya memberiku nomor telepon rumah ini. Aku sendiri sudah menghapus nomor HP-nya sejak lama.

  "Ada masalah apa?" kakak tertua, Mitsuyo, masuk ke perpustakaan yang pintunya sedari awal memang terbuka.

  "Maaf memotong, tadi aku mendengar suara yang cukup keras sehingga aku bergegas kesini."

  Kupikir suaranya tidak cukup keras untuk membuat orang bergegas pergi kesini, tapi bisa saja kata-katanya soal punya pendengaran yang baik memang benar adanya.

  "Apa anda punya nomor HP Kousaka-san?"

  Shinokawa bertanya kepadanya dengan nada yang jelas, sangat berbeda dengan sebelumnya. Mungkin tidak paham dengan apa yang sedang terjadi, kedua mata Mitsuyo tampak menajam.

  "Well...Aku memang punya nomor telepon apartemennya, tapi kalau..."

  "Begitu ya..."

  Shinokawa langsung memutuskan apa yang akan dia lakukan dengan cepat.

  "Maafkan kami, kami harus pergi sebentar. Kami akan kembali lagi kesini untuk mengambil sisa bukunya. Karena itulah, ayo kita pergi, Goura-san."

  Sebelum aku menanyakan tujuan kita selanjutnya, dia sudah mengambil tongkatnya dan berjalan meninggalkan perpustakaan. Akupun mengangguk ke kakak Akiho dan bergegas untuk menyusul Shinokawa.

  "Kita akan pergi ke Toko Buku yang ada di Tebiro." Shinokawa mengatakan itu kepadaku yang sedang mengikutinya dari lorong.

  "Kita harus menghentikan Kousaka-san sebelum dia menjual buku-buku itu."






x Chapter II Part 5 | END x



  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar