Sabtu, 20 Mei 2017

[ TRANSLATE ] Biblia Vol 3 Chapter 1 : Young, Robert F. Gadis Dandelion. Shueisha Bunko. (1/7)

Pintu depan yang terbuat dari kaca tampak bergetar ketika ada angin berembus dari luar. Meski pemanas ruangan ini harusnya sudah cukup untuk menghangatkan ruangan ini, tapi embusan napasku masih terlihat berwarna putih. Mungkin, ini karena bangunannya yang sudah terlalu tua.

Di pagi waktu itu; toko baru saja buka. Karena belum ada pelanggan yang datang, sedang aku sendiri berada di belakang meja kasir, aku mulai mengikat buku-buku yang bersampul tebal ini. Buku-buku ini tentang koleksi literatur kuno, majalah-majalah diet jaman dulu, dan buku-buku referensi yang tidak memiliki sampul, tidak ada yang berharga dari tumpukan buku-buku ini.

    Well, pendapatku barusan bukanlah pendapat yang berasal dari ahli buku, keahlianku hanyalah melakukan pekerjaan-pekerjaan kasar.

Namaku Goura Daisuke. Aku ini pegawai di Toko Buku Antik Biblia, sebuah toko buku di Kita-Kamakura yang berbisnis buku bekas. Sejak aku mulai bekerja disini, tepatnya lima bulan lalu, musim sudah berganti dua kali, dan sekarang sudah 26 Desember. Sebentar lagi tahun ini akan mendekati akhir.

Daerah pertokoan Ofuna sendiri sudah mulai ramai dengan aktivitas Natal sejak kemarin, sayangnya aku tidak bisa ikut dengan mereka. Aku harus bekerja lembur dan hanya bisa pulang setelah semuanya selesai dikerjakan Natal adalah hari tersibuk bagi toko buku, jadi aku tidak bisa berbuat banyak tentang hal itu. Toko buku akan melakukan inventarisasi stok mereka, pastinya jumlah buku akan terus bertambah karena pelanggan-pelanggan yang datang untuk menjual buku mereka dalam setahun ini. Meski begitu, kami kini masih memiliki banyak sekali buku yang harus diurus.

Meski aku mengatakan "kami", sebenarnya yang kulakukan hanyalah mengikuti perintah karena aku ini masih belajar. Si pemilik toko adalah orang yang menentukan apa yang akan dilakukan dengan buku-buku tersebut.

"Nuu   "

Aku mendengar suara yang aneh ketika selesai mengikat tumpukan buku yang berada di depanku. Kulihat ke arah rak buku yang dimana buku-buku dijual dan melihat seorang pelanggan yang memakai jaket tebal. Dia menatapku dengan tatapan tanda tanya; kurasa bukan dia yang membuat suara itu. Tapi jelas sekali bukan aku, jadi yang tersisa hanya satu orang di toko ini.

Akupun menoleh ke arah belakang.

Biblia sendiri adalah toko kecil, tapi ada banyak ruang kosong di belakang meja kasir jika dibandingkan dengan bagian depan meja kasir. Ruang tersebut diperuntukkan bagi kami untuk menata buku-buku koleksi kami yang hendak dikirim lewat pos. Ada beberapa tumpukan buku yang berbaris seperti dinding, cukup tinggi sehingga mampu membuat seseorang yang duduk disana tidak terlihat sama sekali. Faktanya sendiri, ada seseorang yang bersembunyi di belakang itu saat ini.

Aku melihat dua buah manga jadul yang dia letakkan di atas tumpukan buku-buku itu. Olympus Laugh dan Cousin Alliance karya Nishitani Yoshino. Sepertinya orang yang sedang berada di belakang tumpukan buku itu sedang menumpuknya...memangnya, apa sih yang sedang dia lakukan?

Tidak lama kemudian, aku bisa melihat sosoknya yang sedang memegang sebuah manga, dia memakai sweater putih dengan model leher yang tinggi. Dia sebenarnya sejak tadi hanya duduk saja di kursinya, tapi kali ini dia sengaja berdiri untuk melemaskan tubuhnya sambil memegangi manga tersebut.

Kacamata dengan frame yang cukup tebal tampak menjembatani hidungnya, ini benar-benar sesuatu yang indah. Kedua matanya tampak menutup, dan ujung dari rambut panjangnya menyentuh lantai.

Dari caranya melenturkan tubuhnya itu, aku bisa melihat jelas lekukan tubuhnya. Tidak sadar kalau ada orang lain sedang memperhatikannya adalah salah satu kebiasaan buruknya.

Bibirnya yang sejak awal tertutup kini secara perlahan membuka.

"Nuu   "

Orang yang sedang membuat suara aneh ini adalah pemilik Toko Buku Antik Biblia. Namanya adalah Shinokawa Shioriko, dan dia mewarisi toko ini yang sudah berdiri sejak 50 tahun yang lalu.

Meski dia sedikit lebih tua dariku, yang baru saja diwisuda musim semi lalu, dia juga seorang kutu buku yang memiliki pengetahuan tentang buku-buku tua seperti makhluk yang bukan berasal dari dunia ini.

Dia lalu melemaskan lehernya, sepertinya sangat kelelahan dari mengurusi pesanan online sejak pagi. Kuamati dirinya hingga dia membuka matanya. Tiba-tiba, dia menyadari kehadiranku.

"Ah..."

Wajahnya memerah dan dia bersembunyi kembali di balik tumpukan buku itu. Kupikir tidak perlu sampai segitunya, tapi dia orangnya memang pemalu dan ini tidak cocok untuk pekerjaan sebagai seorang karyawan. Seringkali jika ada orang datang ke toko untuk menjual buku, dia meminta diriku untuk berinteraksi dengan pelanggan. Shioriko biasanya ditemani komputernya dan bersembunyi di balik tumpukan buku-buku, umumnya dia melakukan itu sambil menangani pesanan secara online.

"Umm...Apa kau ingin aku membawa buku-buku ini ke gudang?"

Mendengarkan suaraku, dia lalu melihat keluar, ke arah tumpukan buku yang baru saja kubicarakan itu.

"Ja-Jangan...Bisakah kau taruh itu di mobil?"

"Mobil...Maksudmu mobil box untuk operasional toko?"

Buku-buku yang hanya ditaruh di lantai toko biasanya disimpan di gudang yang berada di rumah.

"Ya...Aku berencana untuk membawa itu ke pasar..."

"Pasar...Maksudmu pasar yang ada di Totsuka?"

"Ya."

Pasar Buku biasanya sebutan untuk Pameran dan Pasar Buku Kuno.

Ada banyak pasar buku kuno di setiap daerah yang dibentuk oleh kumpulan toko buku di daerah tersebut. Pameran dan Pasar Buku Kuno adalah tempat dimana para toko buku bisa menjual buku koleksi mereka.

Jika ada toko buku yang buku-buku koleksinya tidak laku, mereka bisa menawarkannya di pertemuan para pemilik toko, dan mengundang orang-orang yang terlibat di industri buku untuk membelinya. Tidak masalah jika yang diundang berasal dari regional yang berbeda, karena tujuan utamanya adalah sebagai tempat perdagangan.

Kulihat kalender yang ada di dinding tentang esok hari, Senin, 27 Desember, sudah dilingkari merah. Biblia termasuk anggota dari Shonan cabang Propinsi Kanagawa, artinya kita sudah disiapkan lokasi yang berada di Gedung Barat pameran.

Besok adalah hari terakhir dari serangkaian event yang diselenggarakan pada tahun 2010.

"Besok ya. Ini pertamakalinya aku pergi ke Pasar Buku di Totsuka."

Kami punya koleksi manga yang sangat banyak bulan lalu, dan mengikuti instruksi Shioriko, aku menaruhnya di bagian "SALE" pada Pameran Buku Tokyo. Alasannya, akan lebih baik untuk menjualnya di Tokyo karena disana banyak sekali toko buku yang khusus menjual manga.

"Sebenarnya bukan begitu...Besok itu...Kita belum selesai mendata buku-buku terbaru kita. Jadi mungkin baru bisa kita jual di pameran yang berlangsung pada awal tahun depan.."

Aku sedikit kecewa. Meski ini soal pekerjaan, aku berharap kita berdua bisa pergi bersama ke suatu tempat.

"Begitu ya..." Akupun mengangguk dan kembali bekerja.

"Ah, Daisuke."

Shioriko memanggilku sambil memegang sebuah buku.

"Tolong tambahkan buku ini dalam tumpukan yang akan kau bawa."

Dia mengatakan itu dengan cepat tanpa melihat ke arahku, lalu kembali bersembunyi dibalik tumpukan buku itu. Punggung buku tersebut berwarna abu-abu. Itu adalah Cra Cra Diary karya Sakaguchi Michiyo. Setahuku ini adalah kumpulan cerita yang ditulis janda dari Sakaguchi Ango yang menceritakan kehidupan pernikahan mereka.

Apa dia membeli buku ini lagi?

Ini adalah buku yang spesial bagi Shioriko. Malahan, meski dia tampak menyukai buku ini, dia sebenarnya tidak begitu suka. Meski begitu, dia terus membelinya, lagi dan lagi, dan berakhir dengan dijual kembali.

Sepuluh tahun lalu, Shinokawa Chieko meninggalkan putrinya sebuah buku Cra Cra Diary dan menghilang. Pengetahuannya yang luar biasa tentang buku diwariskan ke putrinya, dan ini artinya, dia itu orang yang tidak bisa diremehkan.



Aku kasihan dengannya yang masih anak-anak. Ditinggalkan Ibunya saat berusia belum genap empat tahun, ini terlalu menyedihkan. Aku sangat ketakutan melihat pupil hitam matanya   takut kalau aku akan terus terbayang akan dirinya. Mungkin sampai saat ini, aku terus berusaha meyakinkan diriku untuk tidak melihatnya lagi hingga beberapa tahun ke depan.



Kedua mataku tertarik dengan tulisan pembuka dari Cra Cra Diary. Si penulis sudah memiliki seorang putri sebelum menikah dengan Ango. Dia meninggalkan putrinya untuk diasuh Ibunya dan kabur untuk menikah dengan pria tersebut.

Shioriko beranggapan kalau di buku itu ada pesan dari Ibunya   dimana Ibunya mungkin kabur untuk menikah lagi dengan pria lainnya. Buku itu langsung dia jual di pasar tanpa memeriksa halaman-halaman di dalamnya.

Tapi, ada kemungkinan kalau Ibunya itu meninggalkan sebuah pesan bagi putrinya di suatu halaman buku itu. Mustahil Shioriko mencari buku itu kembali jika tidak yakin kalau ada pesan di dalamnya.

Karena buku itu belum dia temukan di pasar maka ada kemungkinan kalau buku yang dia cari itu saat ini menjadi koleksi pribadi seseorang. Tentunya, ada pula kemungkinan kalau buku itu dibuang atau dimusnahkan.



...Aku menangis.

Meski Ibumu yang bodoh ini tidak ada di sampingmu, kau masih memiliki nenekmu. Aku yakin kau sangat kesepian; aku tahu kalau aku akan sangat merindukanmu. Mungkin, kau akan merasakan apa yang kurasakan suatu hari nanti ketika kau sudah dewasa. Aku sudah siap untuk menerima segala kebencianmu, tapi yang kuinginkan hanyalah melihatmu tumbuh dewasa dengan baik. Meski aku telah meninggalkanmu, kau tidak boleh menangisi diriku ketika kau teringat akan diriku.

Aku mengatakan itu kepada anakku yang sedang berada di pikiranku.



Dia memutuskan untuk meninggalkan putrinya dalam waktu yang lama dan sadar kalau itu akan membuat putrinya kesepian dan dia akan dibenci. Dia menulis ini dengan sebuah kejujuran yang menurutku brutal. Apakah Shinokawa Chieko juga memikirkan hal yang sama?



Wanita itu adalah Shinokawa Chieko...Ibu kami.



Suara tersebut bukanlah suara dari Shioriko, tapi adiknya, Ayaka. Sebelumnya aku menemukan sebuah lukisan di lantai dua dimana wanita tersebut mirip Shioriko   Ayaka-lah yang memberitahuku siapa wanita yang menjadi modelnya. Dia adalah siswi sebuah SMA Negeri disini, sekitar 10 tahun lebih muda dari Shioriko.

Kalau Shinokawa Chieko menghilang 10 tahun lalu, maka Ayaka waktu itu masih berada di SD. Mirip dengan Cra Cra Diary dimana dia harus tumbuh dewasa terpisah dari Ibunya.

Shinokawa Chieko, huh.

Karena dia masih dipanggil dengan nama belakang Shinokawa olehnya, maka dia masih dianggap sebagai bagian keluarga. Tentunya, Ayaka masih memanggilnya seperti itu adalah sebuah hal yang aneh.

Kalau dipikir lagi, sebenarnya hubungan mereka dengan orangtuanya seperti apa sih? Aku belum pernah mendengar cerita tentang itu dari Shinokawa bersaudara. Apa pendapat dari ayah mereka tentang istrinya yang menghilang?

Aku ingin tahu lebih jauh tentang wanita yang bernama Shinokawa Chieko. Mengetahui lebih jauh tentang dirinya maka setidaknya aku sudah mengetahui Shioriko lebih jauh lagi. Beban psikologis yang selalu menghantui dirinya adalah tentang ibunya, yang sudah lama menghilang   

Tiba-tiba aku merasa pusing; sejak tadi aku terus menatap Cra Cra Diary ketika memikirkan itu. Meski aku tertarik dengan buku, aku tidak bisa membacanya dengan lama. Ini seperti sebuah kebiasaan. Hubungan antara diriku dengan Shioriko, aku yang suka mendengarkan tentang buku dan dia yang suak berbicara tentang buku, mungkin saja bagus, tapi hubungan yang terikat hanya karena buku terasa tidak benar bagiku. Kupikir akan menjadi masalah jika aku merasa baik-baik saja untuk memiliki hubungan yang semacam itu untuk ke depannya.

Aku merasakan kehadiran seseorang di dekat kasir ketika aku menutup buku ni dan menaruhnya kembali.

Aku melihat seorang pria berusia 30-an tahun memegang dua buah buku. Dia adalah pelanggan yang sejak tadi melihat-lihat rak buku koleksi kami. Dua buah buku yang dia pegang adalah Select Annual SF Masterpieces 2, terbitan Sogen Mistery dan Strange Tales terbitan Bushun Bunko. Kedua buku sudah tidak bersampul dan harganya tidak begitu mahal.

"Terima kasih Pak."

Pria tersebut tidak membalasku. Jarang sekali kami mendapatkan pelanggan yang tidak suka berbicara banyak. Jika banyak sekali pelanggan yang suka berbicara, maka pastilah ada pelanggan yang tidak suka berbicara banyak.

"Hari ini cuacanya dingin sekali ya."

Aku mencoba membuat topik pembicaraan dan kedua mata pria tersebut tiba-tiba terbuka lebar. Mungkin dia tidak menduga kalau aku akan terus mengajaknya berbicara. Aku sebenarnya bukan orang yang punya ingatan kuat atau sejenisnya; pembeli ini memang meninggalkan kesan untukku. Karena tubuhnya memiliki perawakan dan potongan rambut yang sama denganku. Tidak banyak orang yang bisa kutatap langsung seperti dirinya.

Kutaruh bukunya ke kantong plastik dan memberikan uang kembalian kepadanya.

"Apa yang ada di rak buku itu, adalah satu-satunya rak tentang buku cetakan tidak bersampul yang kalian punya?" Tiba-tiba pria itu mengatakan sesuatu. Ini cukup tidak biasa.

"Ah, benar. Betul sekali Pak."

"Apa ada rencana untuk stok ulang buku-buku disana setelah ini?"

"Apa Bapak sedang mencari sesuatu?" tanyaku.

Kupikir aku mencoba menebak sesuatu, tapi si pelanggan hanya menggelengkan kepalanya.

"Bu-Bukan begitu, aku hanya berpikir mungkin saja ada buku-buku menarik lainnya."

Setelah mengatakan itu, dengan ekspresi wajah yang kecewa, dia meninggalkan toko kami.

Kuhentikan sejenak pekerjaanku dan menuju salah satu sudut. Aku selalu memperhatikan komplain dari pelanggan yang biasanya pendiam. Itu adalah hal yang diajarkan nenekku dimana dia punya pengalaman panjang mengelola restoran. Pelanggan yang pendiam hanya mengatakan sesuatu jika dia benar-benar sudah tidak tahan lagi untuk menyimpannya.

Kurasa ini tidak begitu buruk...

Aku sendiri terkejut. Banyak dari buku-buku kami ini adalah cetakan lama. Di beberapa rak, banyak bagian yang kosong, tapi aku merasa koleksi di rak tersebut hanya itu-itu saja. Tapi situasinya kurasa tidak buruk-buruk amat.

"Saat ini, stok buku untuk rak-rak tersebut memang kurang..." tiba-tiba aku mendengar suara Shioriko yang berada di dekatku.

Dia ternyata sudah keluar dari area tumpukan buku tersebut dan kini berada di dekatku. Dia berdiri sambil dibantu oleh tongkatnya. Shioriko mengalami cedera karena sebuah insiden yang melibatkan cetakan pertama buku karya Osamu Dazai, Belakangan Ini sekitar setengah tahun lalu, dan kakinya belum benar-benar sembuh betul.

"Benarkah?" tanyaku.

Dia menaruh kepalan tangannya di mulutnya. Itu adalah kebiasaannya ketika sedang berpikir.

"Umm...Buku apa saja yang baru saja dibeli pelanggan barusan?"

Kuberitahu judul buku-bukunya dan ekspresi Shioriko bertambah suram.

"Jadi begitu ya, mustahil kalau begitu terus."

"Apa maksudmu?"

"Buku-buku yang baru saja terjual adalah jenis buku yang baru saja kita beli. Belakangan ini memang tidak ada buku-buku koleksi lama yang terjual."

"Ah..."

Kurasa kata-katanya ada benarnya. Tidak merestok ulang bisa menjadi sebuah masalah.

"Kalau kita tidak merestok buku yang ada di rak kita..."

Aku sendiri juga memikirkan kata-kata barusan, tapi kita sendiri juga tidak memiliki banyak opsi. Tidak seperti toko buku baru, toko buku bekas tidak punya pilihan tentang tipe-tipe buku yang dijual oleh pelanggannya.

"Kupikir kita perlu pergi ke Pasar Buku besok." kata Shioriko.

"Bukannya kau bilang kita baru ke Pasar Buku pada event awal tahun depan?"

"Kita juga akan melakukannya pada awal tahun depan...Kan Pasar Buku itu tidak melulu tentang kita yang menjual buku..."

Masuk akal. Pasti banyak toko buku yang menjual buku mereka di Pasar   Toko buku tidak harus menjual buku disana, mereka juga bisa membeli buku.

"Mungkin saja kita bisa dapat untung banyak dari ini."





x Chapter I Part 1 | END x


Translator : Aoi



Tidak ada komentar:

Posting Komentar