Sabtu, 30 September 2017

[ TRANSLATE ] Biblia Vol 3 Chapter 2 : Buku Anak-Anak Tentang Seekor Musang, Biawak, dan Anjing? (5/6)


Aku dan Shioriko kembali ke toko setelah mengantarkan Shinobu pulang ke Stasiun Zushi. Waktu menunjukkan kalau ini sudah hampir petang, tapi aku langsung menuju ke rumah utama setelah memarkir mobil seperti instruksi Shioriko. Dia bilang ingin mendiskusikan sesuatu.

Dari kejauhan, aku bisa mendengar suara peringatan dari persimpangan kereta api.

Kami berdua duduk berseberangan di meja yang terdapat di ruang keluarganya. Ini semacam ruangan tradisional ala Jepang dimana ada meja dan tokonoma, lalu ada juga TV layar datar dan DVD player yang mereka beli tahun lalu, entah mengapa kedua barang tersebut tampak janggal di ruangan ini.
[ tokonoma ini semacam area kecil di ruang tradisional dimana difungsikan untuk meletakkan barang-barang berharga keluarga semacam guci, pedang, dll.]

Belakangan ini, aku tidak merasa tegang ketika berada di rumah utama.  Biasanya, aku berusaha keras agar tidak terlihat tegang ketika berada di rumah utama, tapi belakangan ini aku sudah tidak merasakannya lagi. Belakangan ini, Shinokawa bersaudara sering mengundangku untuk minum teh dan makan malam.

"...Tadi sebenarnya aku tidak ada niatan untuk mengucapkan hal-hal seperti itu."

Shioriko mengatakannya dengan nada yang putus asa. Dia seperti menyesali kata-katanya tadi setelah Ibu Shinobu mengusir kami dari rumahnya.

"Request dari Masashi ini, Aku seperti menyiramkan bensin ke bara api..."

"Kupikir tidak ada yang salah tadi. Itu adalah situasi yang lambat laun akan terjadi ketika mereka berdua bertemu."

Pada akhirnya, pencarian buku tersebut berakhir dengan kegagalan, tapi Shinobu entah mengapa malah bersikap tenang-tenang saja ketika kami antar pulang. Dia malah tidak mengatakan satupun komplain soal ibunya.

"Apa kau katakan tadi ke Ibu Shinobu tentang ruangan tadi?"

Perabotan di kamar Shinobu dirawat dengan baik, persis seperti rumah anjing yang kita temui. Bahkan hal yang tidak ada nilainya itu masih berada di dalam rumah. Memang, dia membuang beberapa buku milik putrinya, tapi buku itu memang sudah ada di gudang basement sebelum Shinobu pergi.

Waktu itu aku tidak berpikir kalau dia ingin Shinobu pulang kembali ke rumah karena dia sudah membuang buku-buku milik SHinobu. Tapi jika Shinobu memang akhirnya kembali ke rumah, Shinobu punya tempat untuk kembali.

Shinobu pasti menyadari itu ketika melihat ekspresi ibunya yang panik.

"Jadi, yang Masashi katakan ternyata benar..."

Pendapat Sakaguchi Masashi adalah kedua orangtua Shinobu sedang mencari peluang untuk berbaikan kembali.

Kawabata Mizue, yang terus memanggil putrinya sebagai anak bodoh, tidak mau membuang harga dirinya, dan Shinobu, yang tidak mau melihat Ibunya lagi     mereka berdua memiliki semacam perasaan yang cukup kompleks.

"Kurasa pendapat Masashi soal Kawabata Mizue benar, tapi soal Shinobu kurasa..."

Shioriko tiba-tiba terdiam, dan menoleh ke arah pintu geser yang menuju ke dapur.

"...Ada apa?"

Dia lalu menaikkan jari telunjuknya untuk memberiku tanda agar diam. Dengan memposisikan kedua kakinya agak condong ke kanan, dia memegang handle pintu geser dengan ujung jarinya, lalu membukanya lebar-lebar.

Shinokawa Ayaka sedang berdiri disana dengan memakai seragam blazer dengan kedua telingannya sedang menghadap ke arah pintu. Semua orang bisa melihat dengan mudah kalau dia sedang menguping.

"Waah!" Ayaka kaget mendengar suara pintu yang dibuka lebar, dan hampir menumpahkan segelas susu yang sedang dipegangnya.

Sepertinya dia baru saja pulang ke rumah, karena kulihat dia masih memakai tas ranselnya.

"Selamat datang, Aya" Shioriko mengatakannya dengan sinis.

"Eh? Y-ya, aku pulang..."

"Kau setidaknya melepas tasmu ketika kau meminum susu." suara Shioriko seperti orangtua saja.

Ayaka, tampak malu-malu, berjalan menuju ruangan dan menaruh tas ranselnya ke lantai. Dia lalu duduk di lantai dengan  duduk bersila. Ekspresinya seperti merasa bersalah dan sudah lupa kalau dia hendak minum susu.

"Aya, menguping pembicaraan itu tidaklah baik."

"Yeah...Maaf. Kegiatan Klubku selesai lebih awal jadi aku pulang ke rumah, dan kudengar suaramu ketika sedang mengambil susu di kulkas. Ah, aku juga tidak menguping terlalu banyak kok!"

"Memangnya yang kau dengar tentang apa?" tanyaku, dan Ayaka hanya bisa menelan ludahnya.

"Hanya soal request dari suami Shinobu...Dia dan ibunya berselisih. Juga tentang pendapat suaminya ternyata benar...Itu saja."

Sayangnya, itu adalah seluruh pembicaraan kami. Well, mungkin karena kami juga tidak hati-hati.

"Aku tidak akan memberitahu siapapun, jadi jangan khawatir! Beneran ini! Belakangan ini aku sangat bisa menjaga rahasia."

Mendengar frase belakangan ini justru membuatku khawatir. Shioriko dulu pernah memberitahuku kalau adiknya ini tidak bisa menjaga rahasia. Kata-katanya barusan jelas tidak meyakinkan sama sekali.

"Ya sudah, jangan cerita ke siapa-siapa, OK?"

"Baik, aku tidak akan cerita ke siapapun...Maaf ya."

Dengan kepala tertunduk, dia lalu berdiri, menutup pintunya, dan berjalan ke kamarnya.

"Sekarang kita lanjutkan lagi..."

Shioriko lalu mendekatkan wajahnya kepadaku, tepat di depan wajahku.  Kedua lutut kami saling bersentuhan dan dia menatapku langsung dibalik kacamatanya. Seperti biasanya, dia ini tipe gadis yang tidak tertarik dengan makeup. Aku tidak menyadarinya sejak awal, tapi aku mulai menyadari dari aroma rambut dan kulitnya. Kemungkinan besar dia tidak memakai semacam parfum.

"A-Ada apa?"

"Aku masih khawatir kalau adikku masih bisa mendengar pembicaraan kita." dia membisikkan itu kepadaku.

Meski itu ada benarnya, sekarang aku punya sesuatu yang berbeda untuk dikhawatirkan.

"Ini sebenarnya tidak ada hubungannya dengan buku yang kita cari, tapi aku menyadari hal-hal yang menarik ketika kita ada di rumah keluarga Kawabata."

"Hmm?"

"Apa kau ingat kalau Shinobu bilang masih ada waktu ketika kita disana?"

"Ya, aku ingat, tapi..." Jujur saja, tidak ada yang menarik dari kata-katanya itu. "Bukankah itu maksudnya tidak masalah kalau kita tidak bisa menemukan buku itu secepatnya?"

"Tapi itu bisa juga diartikan kalau dia punya sebuah batasan waktu."

"Ya bisa juga sih."

Tapi kalau dipikir lagi, memang pilihan katanya waktu itu tergolong menarik. Shinobu selama ini tidak pernah menyebutkan apapun soal batas waktu     dia hanya bilang kalau dia sedang mencari sebuah buku karena penasaran.

"Jadi maksudnya apa dia bilang begitu?"

"Aku masih memikirkan beberapa hal yang bisa menjelaskan itu...Tapi untuk saat ini aku masih belum menemukan jawabannya.

Kedua pandangan matanya tepat di depan dadaku. Dan kulihat ujung rambutnya juga menyentuh lututnya.

Ini situasi yang kurang bagus.

Meski begitu, aku mencoba untuk merahasiakan ini.

Ketika kucoba mengalihkan pandanganku, kedua mataku melihat ke tas Ayaka yang ditinggalkan begitu saja. Ada beberapa aksesoris tergantung disana, salah satunya gantungan kunci dengan karakter seperti monyet yang bertelinga lebar. Tidak, mungkin ini bukanlah monyet, tapi beruang.

Ini mirip dengan gambar karakter yang ada di kartu langganan kereta milik Nao Kosuga. Aku tidak bisa mengingat nama karakternya, tapi ini adalah karakter populer.

"Ada apa?"

Shioriko pasti menyadari kalau aku sedang menatap sesuatu. Dia jika melihat ke arah tas Ayaka. Serasa seperti aku baru saja melihat sesuatu yang penting.

"Tidak ada...Ah, aku sedang mengira-ngira apa nama karakter yang mirip monyet ini."

Secara spontan aku mengatakan hal yang ada di pikiranku barusan. Shioriko lalu membetulkan frame kacamatanya dan mencondongkan tubuhnya ke arah tas tersebut.

"Oh, umm, yang coklat itu ya? Kalau tidak salah adikku pernah menonton DVD dimana karakter itu ada dalam cerita disana. Kalau tidak salah, sekitar awal tahun..."

Sepertinya dia kesulitan untuk mengingatnya. Respon yang semacam ini memang unik.

Kalau dipikir-pikir, pengetahuannya hanya fokus tentang buku-buku. Kurasa dia tidak bisa mengingat dengan jelas hal-hal diluar itu.

Tiba-tiba, pintu geser dibuka dan Shinokawa Ayaka muncul kembali. Dia mengganti bajunya dengan pakaian olahraga.

"Maaf, aku lupa tasku...Maaf ya."

Dia menyadari Shioriko dan diriku sedang duduk dan kedua lutus kami saling bersentuhan, lalu dia tampak pura-pura memalingkan pandangannya dari kami. Meski, kurasa tidak ada hal yang harusnya tidak boleh dia lihat disini.

"Aku tidak akan mengganggu kalian lagi, jangan khawatir! Jadi silakan bersenang-senang..."

Dia mengucapkan kalimat seperti para pelayan restoran pada umumnya dan langsung mengambil tasnya. Tepat ketika dia hendak menutup pintunya   

"Ah, Aya, tunggu!"

Shioriko dengan cepat memanggilnya. Pintu yang awalnya hendak tertutup, kini setengah terbuka.

"Apa nama karakter monyet yang berwarna coklat itu, yang ada di tasmu?"

Ayaka lalu melihat ke arah tasnya, memegang karakter tersebut dan menunjukkannya kepada kami. Juga ada karakter seekor anjing kecil disana. Pasti karakter-karakter ini dijual satu set.

"Apa maksudmu yang ini? Ini namanya Cheburashka, dia adalah karakter utama drama boneka. Kalau tidak salah dari Rusia."

Cheburashka.

Sepertinya aku pernah mendengar nama itu sebelumnya.

"Aku meminjam DVD-nya dari Nao. Meski itu film lama, tapi masih bagus. Ceritanya manis meski penontonnya bisa merasakan kesepian yang dialami karakternya. Nao dan diriku tempo hari pergi untuk melihat film terbaru Cheburashka."

Aku akhirnya menyadari semua ini. Kosuga Nao punya tiket terusan bergambar Cheburashka karena dia penggemarnya. Jadi ketika aku dan Shinobu bertemu mereka di Stasiun, mereka sedang berangkat untuk menonton filmnya.

"Film barunya bagus juga. Kubeli gantungan kunci ini ketika kami pergi menonton waktu itu. Coba lihat, anjingnya manis kan?"

Ayaka kemudian memegangi karakter anjing tersebut dengan jarinya.

"Namanya TObiku; dia teman Cheburashka."

"Tobiku?" kedua pupil mata Shioriko tampak melebar.

"Umm...Yeah...Ada apa sih kok reaksinya berlebihan?"

"Apa Tobiku ini ditinggalkan oleh pemiliknya?" tanya Shioriko.

"Eh? Entah kalau itu ya...Tapi diceritakan kalau dia itu sedang menangis di pinggir jalan. Lalu dia bertemu Cheburashka dan berteman dengan Singa."

Shioriko dan diriku yang mendengarkan penjelasan Ayaka, hanya bisa tercengang dan saling menatap satu sama lain. Anjing tersebut berteman dengan seekor Singa. Protagonisnya agak sedikit berbeda, tapi banyak sekali kemiripan dengan cerita Sakaguchi Shinobu. Buku yang dia baca pasti sumber adaptasi filmnya, atau mungkin dia salah menganggap film tersebut adalah buku. Alasan mengapa Shioriko sulit sekali untuk mengingatnya karena itu sumbernya dari film, bukan buku.

Kalau kita menyelidiki ini lebih jauh, kita harusnya menemukan buku yang Shinobu maksud.

"Ada apa...?"

Meski kita tampaknya menyelesaikan misteri buku tersebut, tapi ekspresi Shioriko masih belum berubah.

"Tidak...Aku sudah paham soal buku tersebut, hanya saja..."

Dia tidak menjelaskan lebih jauh. Sepertinya, ada beberapa misteri yang masih tersisa disini.




x Part 5 | END x

Tidak ada komentar:

Posting Komentar